AREA 2011 - 2012

AREA 123 Merindukan Senyum Para Perawat

4,933 Views

TejomusikSekarang kabarnya kepopuleran lebih diburu ketimbang apa pun. Tapi menurut album Lady Gaga “The Fame” (2008), the fame berbeda dibanding fame.

The Fame itu kepopuleran lantaran prestasi yang diraih dalam proses lama. Fame lain lagi. Fame sekadar populer lantaran sering beredar dalam pergaulan lalu majalah gaul memajang foto-fotonya. Entah itu majalah gaul ABG entah kaum 4L4Y entah majalah sosialita orang-orang dewasa yang kadang sudah beranak-cucu.

Saya tak ingin lebih lanjut membanding-bandingkan kedua tipe fame tersebut apalagi mencari mana yang lebih buruk.

Dalam perjalanan hidup saya sebagai pelukis toh pernah di suatu kurun waktu saya diberi rezeki via majalah-majalah pesta kaum gaul. Potret-potret mereka di situ saya lukis lalu saya jual pada yang bersangkutan.     Tak ada yang terlalu salah pada The Fame dan Fame jika semuanya kita lihat sisi positifinya.

Saya cuma ingin mengatakan bahwa sesulit-sulitnya mencapai fame, apalagi the fame, yang jauh lebih sulit adalah mempertahankan atau merawatnya. Parto Patrio yang kini menjadi dalang di Opera van Java termasuk teman saya yang dapat merawat The Fame itu. Yang lain-lain kebanyakan telah tenggelam ditelan waktu.

Tapi dalam soal rawat-merawat ini sesungguhnya kita lumayan. Mobil Colt lampu bundar tahun 70-an sampai sekarang masih kadang-kadang saya pergoki terutama di daerah pedusunan. Daya rawat kita luar biasa. Orang-orang Jepang pembuatnya pasti lebih kaget kalau melihat Colt-colt di sini ternyata masih sigap mengangkut sayur-mayur dan hasil panen lainnya.

Dan bukan saja mobil Fiat maupun VW lama yang masih kerap nongol lengkap dengan klub-klubnya reriungan-nya di kota-kota. Di Surabaya, tepatnya di kawasan Bambu Runcing tiap Jumat malam, sering berkumpul rombongan pecinta sepeda motor Sundapp. Sepeda motor bikinan Jerman persis seperti itulah yang dulu sering dipakai bapak saya di tahun 60-an.

Ya, daya rawat bangsa ini sungguh luar biasa. Selain otomotif, nilai-nilai keluarga pun masih mampu kita rawat sampai zaman kissenger ini, zaman ciuman sudah bisa dilakukan dari jarak jauh melalui robot kissenger. Ketika di Inggris hari-hari ini manusia lebih kangen kepada hewan piaraan ketimbang keluarga, kita masih lebih kangen pada keluarga.

Tapi kenapa tak mampu kita rawat fasilitas-fasilitas umum untuk kemudahan hidup bersama. Dari 7.000 unit telpon umum di Jabodetabek sekitar 1.400-an telah rusak. Hanya 10 persen toilet-toilet di 23 terminal Jakarta yang masih layak pakai. Sejumlah 1.300-an halte bus yang tersebar di lima wilayah kota Jakarta dalam kondisi mengenaskan, termasuk halte Transjakarta yang belum dimanfaatkan. Kalau sempat, lihat jugalah kondisi taman kota dan ruang bermain, serta jembatan penyeberangan di Dukuh Atas dan Kwitang.

Siapa kira-kira perusak segenap fasilitas umum itu?

Mungkin mereka bukanlah orang yang bisa merawat sepeda motor dan mobil baheula. Mungkin mereka bukanlah orang yang mampu merawat kebekenan seperti Parto Patrio. Mungkin mereka adalah orang-orang Ibukota yang selalu mudik pas Lebaran, tapi mudiknya cuma lantaran gaya-gayaan saja, bukan karena merawat dan mempertahankan nilai-nilai kekeluargaan.