AREA 2007 - 2008

Biarkan Lelakimu Tetap Kanak-kanak dan “Mengerami Telur”

6,014 Views

Anak-anak kecil, dimana pun, selalu menarik buat saya, apalagi kalau ibunya cantik. Tapi kanak-kanak juga seringkali mengingatkan saya ke beberapa nama besar, terutama Thomas Alfa Edison.

Kalau si Al, panggilan Alfa Edison, tidak kekanak-kanakan, mungkin sampai sekarang kita tak kunjung menikmati listrik dan lampunya. Ingat kan? Orang yang kerap dikeluarin dari sekolah ini adalah anak-anak yang abadi. Suatu hari ia mengerami telur ayam!

Al pikir, dierami ayam menetaslah telur. Kenapa tak menetas pula bila yang tabah dan tekun nongkrong di atasnya itu manusia? Dari situ Al belajar soal suhu, lalu listrik. Dan seterusnya sampai akhirnya bocah drop out ini mengubah dunia yang semula menertawakannya.

O ya…Yang menertawakan Al bisa saya. Bisa Sampeyan. Bisa siapapun. Pendeknya, barangsiapa sudah kehilangan sebagian besar jiwa kanak-kanak dalam dirinya, akan menganggap hidupnya sendiri tidak aneh. Justru anak-anaklah yang mereka sangka neko-neko dan lucu-lucu.

Bagi orang yang sudah mati spirit kanak-kanaknya, tentara itu gagah. Tidak bagi Albert Einstein yang senantiasa kekanak-kanakan. Bagi tokoh ini tentara justru lebih lucu ketimbang Srimulat. Lebih-lebih, Einstein selalu terpingkal-pingkal melihat tentara baris-berbaris. Dia pikir, kok bisa-bisanya orang berjalan tidak wajar seperti itu.

Penyair Rendra juga pernah bercita-cita jadi jenderal. Bukan karena gagahnya. Ternyata si sastrawan “Burung Merak” ini cuma demen pada kostum jenderal yang penuh pernik kayak mainan anak-anak sehingga jenaka. Ia melihat hal lucu justru pada hal-hal yang menurut orang akil balig serius.

Pada sebuah film, seorang anak kerap terlambat ke sekolah bukan karena alasan-alasan yang masuk akal bagi orang akil balig. Ia selalu terlambat karena suka berlama-lama mengamati buah ceri yang jatuh di trotoar. Pada film Childrens of Heaven, seorang anak menangis dalam lomba justru karena dia jadi juara pertama dengan hadiah paling mahal. Pasalnya, dia ngincer banget hadiah yang lebih murah yakni sepatu buat juara kedua.

Siapa yang paling mampu memelihara jiwa kanak-kanak dalam batin manusia? Saya tidak tahu. Tapi John Lennon bilang ya nggak ada lagi kecuali perempuan. Simaklah lagunya Woman. Ia ucapkan ribuan makasih pada wanita karena miara kekanak-kanakan dalam diri John Lennon sehingga dia tetap bisa berkarya.

Bagaimana cara memupuk terus jiwa kanak-kanak dalam diri lelaki? Saya juga tidak tahu. Tapi, bayangan saya, ketika artis Rieke Diah Pitaloka membiarkan suaminya selalu pamer barang baru ke dia dan teman-temannya, termasuk kalau punya helm baru dipakainya sampai ke ruang kantor, itu sudah berupa cara memiara kanak-kanak dalam tubuh lelaki.

Sayangnya tak banyak perempuan terpanggil buat memelihara jiwa kanak-kanak lelaki. Padahal saya menduga ekonomi kita sedang perlu terobosan-terobosan baru. Orang dewasa yang punya jiwa kanak-kanak, tidak konvensional pikirannya seperti hanya menunggu investasi asing yang tak kunjung datang. Pikiran anak-anaknya akan membuat dia kaya dengan terobosan baru, meski penuh resiko.

Susahnya, kebanyakan perempuan kini jadi ibu-ibu yang terlalu protektif, yang melarang ini melarang itu ke anak-anaknya untuk “bermain lumpur”mengambil resiko.

(Dimuat di rubrik ‘Frankly Speaking’ AREA edisi No. 86, tanggal 2 Mei 2007)