Wayang Twit

Wayang Twit #Anyam-anyaman Nyaman

10,855 Views

STcartoon1Dan sekarang ini janjiku pada tweepswati dan jancukers untuk kasih behind laguku, lagu orang pacaran, Anyam-anyaman Nyaman, boleh sambil playing.

Yang belum punya Anyam-anyaman Nyaman bisa masuk ke www.importmusik.com. Lagu ini saya bikin pertengahan 90an. Klipnya dibikin Riri Riza.

Puji Tuhan, Alhamdulillah, atau apa aja terserah kalian, klip lagu Anyam-anyaman Nyaman itu menang di Video Musik Indonesia 1999 (?)

Aku ingin bikin lagu yang perasaannya campur aduk, seperti pacaran riil. Bukan cuma hepi. Manis dan getir jadi satu.

Aku ingin rasa, bahwa kalau kita ciuman, pada saat sama kita hepi dan getir. Getir karena akan berulangkah momen itu?

Jikapun ciuman hepi itu kelak berulang, akankah berulang dengan lebih dalam atau justru malah dangkal?

Produser @aikosenosoenoto tak tanggung-tanggung, kami rekaman di yang baik, Midilab Grogol, tempat @GlennFredly belum jadi “orang”.

Problem timbul, hingga jelang habis masa rekaman, saya belum dapat suara perempuan yang ada dalam imajinasi saya.

Vokal perempuan itu mesti seksi, menggairahkan, tapi tak porno, bergelora tetapi anteng, menggelinjang tapi tak jorok.

Karena lagi ini berbahasa Jawa Kuno (yang orang Jawa sendiri sekarang juga gak ngerti) aku cari sinden-sinden. Tapi nihil.

Semingguan jelang masa rekaman habis. Buce Baria, kawan pemusik, mempertemukan aku dengan Netta Kusumadewi, orang Sunda.

Dibandingkan vokal sinden-sinden Jawa yang “lebih rendah” dibanding vokal cowok, suara Netta lebih sejajar sama cowok.

Dalam tempo kurang seminggu, aku ngajarin mantan vokalis Gigi ini pengucapan bahasa Jawa Kuno. Itulah yang sekarang kalian dengar.

*seingatku Gigi. @aikosenosoenoto bilang “Netta backing vocal KLA deh kayaknya…”

Kenapa aku bikin dalam bahasa Jawa Kuno? Agar orang Jawa sekarang juga gak ngerti. Adil buat Indonesia.

Jadi orang hanya dengar bahasa lirik just as sound, just as music, bukan maknanya. Anggap aja instrumennya mulut.

Aku ingin orang dengar “Anut runtut tansah reruntungan munggah mudun gunung anjog samodra” just as a sound..

Tapi kita udah terlanjur jadi bangsa yang minder. Kalau “waka waka waka eh eh” boleh gak ngerti tetep nyanyi.. kalau bahasa daerah?

Kalau lagu bahasa daerah, kita gak ngerti artinya, kita akan bilang “ah! Apaan tuh?! Kagak ngarti!”

Mestinya sekolah-sekolah ngajarin bahwa kata-kata itu punya 2 segi, yaitu makna dan bunyi (musik). Tapi yang ke-2 ini kurang diajarkan.

Ditulis ulang oleh: @chiezworld