Jawa Pos

SPORTIVIO: Geger Arya Penangsang-Jaka Tingkir

16,764 Views

sujiwotejoWCMudah-mudahan Piala Dunia Afrika Selatan difinali Jerman dan Belanda. Jika itu benar-benar terjadi, ya Tuhan, moga-moga keadaannya serupa perang Jaka Tingkir melawan Arya Penangsang. Wah, asyik banget seperti dahulu kerap saya saksikan di waktu kanak-kanak dalam perang-perangan ketoprak keliling. Jaka Tingkir dari Pajang adalah pelatih Jerman, Joachim Loew. Pelatih Belanda Bert van Maarjwick ialah Arya Penangsang dari Jipang Panalon.

Dulu, pada tahun 70-an, di ketoprak-ketoprak tobong daerah Jember, Banyuwangi, dan Situbondo, saya teringat seru sekali perang tanding antara Mas Karebet, nama muda Jaka Tingkir, dan Arya Penangsang. Jaka Tingkir yang kelak menjadi pemimpin Pajang bergelar Sultan Hadiwijaya tidak turun tangan sendiri membereskan Arya Penangsang. Dia sungkan karena bersama Arya Penangsang alias Arya Jipang, keduanya adalah sesama siswa dan pengagum Sunan Kudus. Sama halnya Jerman dan Belanda keduanya pengagum total football yang dicanangkan ”Sunan” Rinus Michel pada Piala Dunia 1974.

Karena sungkan, Jaka Tingkir meminta tolong kawan seperguruannya sesama murid Ki Ageng Sela, yaitu Ki Ageng Pemanahan dan Ki Panjawi serta Ki Juru Martani. Ki Ageng Pemanahan mungkin adalah legenda Jerman, Franz Becken­bauer. Tokoh ini lihai memanas-ma­nasi pihak lawan. Lihat saja apa yang dilakukan Presiden Club Bayern Muenchen ini sebelum melawan Inggris. Kuping pers negeri Ratu Elizabeth itu merah padam atas kata-kata hinaan Beckenbauer.

Kita belum tahu apa Beckenbauer nanti juga akan bikin merah telinga negara Ratu Juliana itu menjelang tanding melawan Belanda. Kalau Ki Ageng Pemanahan dan Ki Panjawi bukan saja bikin mberanang kuping Arya Penangsang; keduanya malah memotong karna pekatik atau juru kuda Arya Penangsang. Pekatik yang telinganya sudah berdarah-darah itu ditempeli surat tantangan dan disuruh wadul melapor pada Arya Jipang.

Padahal, atas saran Sunan Kudus, ketika itu Arya Jipang sedang menjalani laku prihatin dan berpantang agar terhindar dari laknat Raja Kalacakra. Laknat ini akan membuat seseorang gampang kalah. Ya, latihan menahan diri. Siapa bilang Jipang atau Belanda membebaskan pemainnya untuk main seks, main twitter atau facebook, makan cokelat, minum es krim. Di media massa saja mungkin Belanda ndak mau ngomong bahwa mereka tidak mengumbar para pemainnya berhubungan apa saja dan makan minum apa saja. Kita tahunya yang main larang ini-itu antara lain cuma Spanyol, Inggris, Argentina, dan Brazil. Kenyataannya sebenarnya kita tidak tahu.

Dalam keadaan berpantang marah itulah, Arya Jipang dipaksa harus naik pitam dan segera mengendarai kuda andalannya, Gagak Rimang.

Gagak Rimang

Kalau Ki Ageng Pemanahan yang tukang ngipas-ngipasi adalah Beckenbauer, siapakah Ki Juru Martani yang ahli siasat? Dialah pemain tengah Bastian Schweinsteiger yang makin lama unjuk bolanya makin andal dan cerdik. Mainnya halus dan tidak mudah terpancing emosi. Bastian akan meminta Lukas Podolski memancing emosi Belanda khususnya Arjen Robben dan Mark van Bommel.

Dalam perang Pajang-Jipang, Arjen Robben dan Mark van Bommel bisa jadi adalah kuda jantan Gagak Rimang tunggangan Arya Penangsang. Kuda slebor ini birahi dan lepas kendali begitu melihat kuda betina yang diperankan Lukas Podolski asal Polandia. Philip Lahm yang agak ”culas” dan ahli sundul Miroslac Klose mungkin juga dapat menjadi kuda betina itu, tapi Podolski yang larinya sangat cepat bisa lebih tepat memancing nafsu Bommel dan Robben.

Sutawijaya, anak Ki Ageng Pemanahan, yang mengendarai kuda betina tersebut kalau tidak si ganteng Mezut Oezil keturunan Turki, ya paling Thomas Muller yang serangannya lebih tajam. Dua-duanya masih muda dan diharapkan menjadi pemain masa depan Jerman, ibarat Sutawijaya yang kelak menjadi raja baru di Mataram.

Final Piala Dunia 2010 akan menjadi pagelaran ketoprak yang riuh rendah jika Mezut Oezil atau Thomas Muller menuruti siasat Bastian agar keduanya mampu membuat Lukas Podolski menimbulkan birahi Gagak Rimang, yaitu Robben dan Bommel. Mirip ketoprak, sebaiknya konsentrasi awal Sutawijaya jangan mengarahkan pusaka tombak Kyai Plered yang khusus dibekalkan oleh Jaka Tingkir untuk dihunjamkan pada Arya Penangsang.

Dari sisi seberang Bengawan Sore, anak angkat Jaka Tingkir ini sebaiknya di awal-awal cuma berkonsentrasi menggoyang-goyangkan ekor dan bokong kuda betinanya sehingga nun di sisi seberang yang lain, Gagak Rimang mumet. Lantas bolehlah berharap kuda lelananing jagad ini bakal tak terkendali byur menyeberang Begawan Sore. Padahal bengawan ini sangat berbahaya karena sudah dimantera-manterai oleh Sunan Kudus.

Bengawan Sore

Dalam final Piala Dunia di negeri Nelson Mandela itu, Bengawan Sore bisa berupa garis imajiner yang kualat diseberangi lebih dahulu oleh siapa pun yang sedang berhadapan. Bisa pula Bengawan Sore itu bukan garis imajiner, melainkan tabu-tabu yang tak boleh dilanggar. Saya tidak tahu apa mantera yang diucapkan oleh Sunan Kudus terhadap Bengawan Sore.

Yang jelas, ”Sunan” Rinus Michel menyebutkan, adalah tabu menerapkan sepak bola total football tetapi lengah di dalam pertahanan. Mantera itu diterjemahkan oleh Arya Maarjwick menjadi kesabaran di dalam membongkar pertahanan musuh. Perlahan-lahan. Jangan sampai upaya pembongkaran yang serbacepat itu melengahkan pertahanan karena Kyai Plered Jerman adalah serangan baliknya blitzkrieg yang sigrak merembet dan merantak bagai guntur. Dengan kata lain, jangan sampai Belanda menyeberangi batas syarat kesabaran itu.

Bagi Pajang alias Jerman, mantera ”Sunan” Rinus Michel menyebutkan, jangan sampai Jerman menyeberangi atau melanggar batas pertahanan minimal. Jangan, meski mereka boleh nepuk dada punya Manuel Neuer yang lebih benteng dibanding kiper Belanda, Maarten Stekelenburg.

Celakanya, bagi Belanda, Bommel apalagi Robben sang provokator yang pintar diving itu sangat-sangat mungkin lekas terpancing untuk melabrak bermain cepat bagaikan kuda Gagak Rimang. Robben sangat potensial untuk khilaf dari pelajaran berharga bahwa Argentina dan Inggris keok terhadap Jerman karena keduanya bernafsu dan terpancing untuk bermain cepat. Bommel yang sangat ambisius dan agak ”licik” juga sangat mungkin tergiur Lukas Podolski.

Robben dan Bommel bukanlah dirijen bertendangan jauh Wesley Schneider yang orangnya tenang. Siapa tahu Thomas Muller sebagai si kuda bahenol bisa membuat sesuatu yang tak terlupakan bagi Robben dan Bommel. Dan membuat keduanya bernafsu. Ingat, dengan cara lain, seperti janjinya dia juga telah membuat Maradona (Maradona pernah menghina Muller sebagai joki pemungut bola) terkenang ketika mencetak gol pertama Jerman-Argentina.

Kyai Setan Kober

Jika Kyai Plered dari Pajang adalah daya gempuran balik Jerman yang termahsyur, maka Keris Kiyai Setan Kober andalan Jipang adalah gaya total football yang dimodifikasi lebih dipragmatiskan oleh pelatih Maarjwick. Kyai Setan Setan Kober adalah sepak bola total menyerang yang dikombinasikan dengan kesabaran ibarat puasa menolak Raja Kalacakra.

Dalam wujud awal dan aslinya, Kyai Setan Kober pernah dipakai oleh Belanda pimpinan Johan Cruyff melawan Jerman yang dipimpin Beckenbauer pada Piala Dunia 1974. Kyai Setan Kober kalah ketika itu. Skor 2-1 untuk Jerman. Sama saja, sebelum perang Pajang-Jipang berlangsung, Arya Penangsang pernah mengirim empat utusan berbekal Kyai Setan Kober untuk membunuh Jaka Tingkir. Putra Ki Ageng Pengging ini terbukti lebih ungggul ketimbang Setan Kober.

Dan, ya Tuhan, jika semuanya mirip geger Pajang-Jipang, di final nanti Kyai Plered hanya sanggup membuat usus Arya Penangsang mbrodol, tapi Arya Penangsang tak mati-mati. Dengan usus yang disampirkan dan dililit-lilitkannya pada gagang keris di pinggang, Arya Jipang bahkan masih sanggup membuat orang-orang Pajang kocar-kacir. Ketika Sutawijaya dari Pajang berhasil diringkusnya dan akan dibunuh oleh Arya Penangsang, ketika Arya Penangsang tiba-tiba dengan kalap menghunus Keris Kyai Setan Kober-nya, waduh ususnya sendiri yang melilit di gagang pusaka pamungkas itu terburai-burai…Tewaslah putra Ki Ageng Seda Lepen ini seperti bunuh diri tanpa sengaja….Gooool…..!!!

Oooo, Belanda….Belanda….

Disadur selengkapnya dari JAWAPOS, SPORTIVO