AREA 2009 - 2010

AREA 69 Citra…Oooh…Citra…

4,505 Views

TejomusikPernahkah Sampeyan punya pacar bernama Image? Kalau saduran bahasa Nusantaranya kali ada, Citra. Tak sedikit di antara kita nama kekasih atau istrinya Citra.

Saya punya teman penari utama di EKI Dance Company, wajahnya ada unsur-unsur Deasy Ratnasari dan Cut Mini, namanya juga Citra. Sampeyan yang di tahun 70-an sudah hidup dan daya ingatnya sudah mulai bekerja, pasti tahu aktris film top kita yang suka berkebaya, Citra Dewi.

Ternyata, di lingkungan asing, Image bukan saja tak dipakai sebagai nama keseharian perempuan. Piala Academy Award namanya juga bukan Image. Namanya Oscar.      Padahal sudah jelas-jelas bisnis akting adalah bisnis image, bisnis citra. Pelaku adegan ciuman, belum tentu melalukan ciuman atas nama dorongan hati. Yang penting, mereka dengan kemampuan aktingnya mesti membawakan citra bahwa ciuman mereka adalah kissing yang tulus dan murni. Kalau ndak gitu sutradara pasti ngamuk-ngamuk.

Di kita, ketika dunia film masih jaya-jayanya, ketika kuantitasnya bisa di atas 100 judul per tahun tapi kualitasnya juga oke sampai awal 90-an, nama piala festival filmya adalah Piala Citra. Demikianlah penyerahan Piala Citra menjadi acara yang ditunggu-tunggu dalam Festival Film Indonesia.

Ehmmm….Citra itu seperti pakaian atau sepatu atau korset atau apalah. Yang penting bagaimana kesan orang banyak. Tak peduli nafas ngos-ngosan  karena korset.

Tak peduli di sektor private, di dalam kamar di atas ranjang, seorang perempuan jadi dead fish karena kaki, tungkai dan pangkal pinggulnya pegal-pegal karena pakai sepatu tumit tinggi demi citra seksi di depan publik.

Tak peduli seorang pasangan hanya plonga-plongo karena pasangannya minta kerokan, masuk angin setelah demi citranya di muka forum maka ia rela pakai kamisol maupun tank top.

Dalam istilah lama di Jawa, citra atau pakaian atau bungkus itu “ageman”. Di suatu tembang klasik, Pangkur, disebutkan bahwa “agomo ageming aji”. Artinya agama-agama yang tertulis dalam KTP hanyalah demi citra pemegang KTP. Hati maupun kelakuan yang bersangkutan, sering tak ada hubungannya dengan citra tersebut.

Citra tertinggi dalam sejarah peradaban manusia menurut saya adalah mahkota. Rata-rata pemimpin besar dunia pasti mempunyai catatan-catatan hitam. Mahkota alias citra baik diperlukan oleh setiap raja justru untuk melindungi hal-hal hitam di dalam tempurung kepalanya.

Mahkota itu saat ini secara fisik sudah tidak ada, tetapi sebagai citra dalam bentuk penghargaan-penghargaan dan gelar masih tetap ada.

Soeharto yang digelari Bapak Pembangunan, pernah diusulkan jadi Pahlawan Nasional dan kini usul itu ramai lagi seiring usulan masyarakat agar Gus Dur diangkat jadi Pahlawan Nasional.

Citra…Citra..Citra…sekali lagi..Citra…

Mahkota hanya salah satu contoh betapa dunia mati-matian memburu dan mempertahankan citra. Rhoma Irama pernah membuat lagu berjudul Rupiah. Dibilangnya dalam tamsil bahwa setiap orang berusaha merebut hati perempuan bernama Rupiah. Mungkin Raja Dangdut ini perlu menggubah lagi nyanyian baru yang lebih sensual dibanding Rupiah. Dialah Citra.

Orang-orang bule setahu saya selain tak pernah menamai perempuannya dengan Image alias Citra, tak juga menamainya dengan merk alias Brand. Ada teman saya Brandon…tapi pasti maksud nenek moyangnya bukanlah Brand.

Meski demikian, bukan berarti mereka tak hirau pada Citra. Coca-Cola pasti hasil kerja keras luar biasa dalam pencitraan sehingga selama 9 tahun terakhir perusahaan minuman itu tetap di urutan teratas dalam tingginya nilai merk.

Dan dengan obrolan ngalor-ngidul itu, saya kira tantangan sudah saya ucapkan kepada rekan-rekan Area…yang akan meningkatkan citranya dari tidak hanya bacaan eksklusif dengan kertas konvensional tetapi kertas sekaligus majalah online…