AREA 2011 - 2012

AREA 92 Semilyar Kunang-kunang di Angkasa

3,677 Views

TejomusikPas malam tahun baruan petasan dar-der-dor dan kembang api di mana pun laksana kunang-kunang, sebenarnya apa yang sedang berlangsung dalam diriku? Saya agak bingung menjawabnya. Kalau pas ultah, rasanya jelas. Yaitu saya, kita, merasa lebih tua dari sebelumnya.

Waktu malam pergantian tahun barusan, ketika melihat kelap-kelip kembang api terutama yang di kejauhan, rasa pertama yang timbul serasa melihat lagi kunang-kunang dulu di masa kanak-kanak. Pertanyaan yang timbul: Kapan terakhir saya melihat kunang-kunang di tahun 2010?

Kawan yang sempat menjadi relawan pengungsian Merapi cerita, ia sempat melihat kunang-kunang di gunung yang dikunceni almarhum Mbah Marijan itu. Teman lain yang suka diving bilang, awal Desember pas diving di sekitar Gorontalo ia masih sempat menyaksikan kunang-kunang.

Wah beruntunglah kawan-kawan itu. Seingat saya sepanjang tahun 2010 tak sekali pun pernah saya saksikan kunang-kunang di berbagai tempat yang saya kunjungi di Nusantara.

Kerinduan pada hewan kelap-kelip yang dulu dipercaya berasal dari kuku orang mati itu pasti bukan karena katakanlah romantisme sastra misalnya. Cerita pendek terbaik dari Umar Kayam, Seribu Kunang-kunang di Manhattan, rasanya sudah lama tidak saya baca-baca lagi termasuk di sepanjang 2010.

Mungkin karena kawan-kawan yang aktif dalam penjagaan lingkungan hidup sering mengatakan, bahwa kunang-kunang termasuk indikator yang baik bagi pencemaran lingkungan. Suatu kawasan yang tak ada byar pet byar pet binatang itu, berarti sudah mulai tercemar.

Inilah mungkin yang membuat saya lekas mengartikan kembang api tahun baru sebagai kunang-kunang yang nyaris punah.

Perasaan selebihnya tak ada. Apalagi setelah saya SMS ke teman di Surabaya mengucapkan selamat tahun baru, jawabannya “Maaf ini tahun baru Masehi …Kami tidak merayakan tahun baru Masehi..”

Waduh, dari situ makin saya pikir-pikir sebenarnya tahun baru ini apa sih? Sebenarnya tahun baru kan cuma soal cara pandang kita terhadap waktu … Mereka yang mengikuti tahun Rembulan ya tidak merasa bahwa 1 Januari 2011 adalah tahun baru…

Kalau bagi saya sendiri, entah ini tahun baru atau tidak, entah waktu selanjutnya lingkungan makin tercemar atau tidak, yang penting kita tetap optimistis. Lingkungan boleh kotor, yang penting hati kita bersih.

Di tahun 2010 seorang kawan yang jadi dokter mengatakan, ternyata “hati” yang sebelumnya kerap menjadi metafor termasuk “hati yang bersih” kini tak cuma jadi perumpamaan. Secara fisik, katanya, hati sangat berfungsi untuk menjaga agar sosok kita awet muda. Maka bersihkanlah hati-fisik kita. Kurangi hati-fisik kita dari asupan-asupan racun seperti minyak goreng…

Dengan hati (metafora maupun fisik) yang bersih, kita juga tidak perlu manyun melihat segala fenomena. Kita hadapi santai dan kalau bisa tanpa kebencian.

Menanggapi kekalahan timnas atas Malaysia, mungkin kita masih bisa bergurau, “Ya, Garuda di dadaku, Manchester United di hatiku ..”

Masih tentang bola. Menanggapi harga cabe naik di awal 2011 hingga tembus Rp 90 ribu per kilo, kita pun tenang. Mungkin malah timbul gurauan di hati kita, “Pak Nurdin Halid harus sanggup membuat harga cabe mau diturunkan. Malu dong. Masa dia disederajatkan dengan cabe..sama-sama gak mau turun..”

Masih tentang bola. Menanggapi banyaknya taburan kata-kata Inggris dalam pidato awal tahun Presiden SBY di Bursa Efek Indonesia, kita pun bisa santai. Tak usah kita sewot. Kita bisa guyon. Mungkin ini kesalahan kita semua yang terlalu berkonsentrasi pada Gonzales. Kita lupa belum menaturalisasi Presiden SBY.

Selamat tahun baru..