AREA 2011 - 2012

AREA 95 Perempuan, Piring Terbang, UFO

4,221 Views

TejomusikPonokawan Semar pernah berkata, “Tahukah kau pekerjaan paling sia-sia di muka bumi? Itulah …memberi nasihat kepada orang-orang yang lagi jatuh cinta.”

Dari pesan dewa Ismaya yang ngejawantah jadi Semar itu, saya sering ndak habis pikir. Kenapa kok nasihat pernikahan dituturkan justru pas manusia sudah dilanda cinta? Lebih sering pesan-pesan malah diwedarkan saat pasangan sudah dalam taraf upacara pernikahan?

Dalam kobaran api asmara, siapa pun tak akan sanggup berpikir bening. Semar benar. Masih menggebu-gebunya gairah menikah akan mengeruhkan pikiran jernih. Sangat percuma ngasih petunjuk buat orang-orang yang sudah ngebet pengin nikah.

Kok petuah itu tidak disampaikan kepada masing-masing ketika keduanya belum berjumpa atau dilanda asmara?

Senior saya Sri Teddy Rusdi yang aktif dalam pembaruan nilai-nilai tradisional pekan lalu bilang gini, setidaknya nasihat pernikahan itu jangan disampaikan pas ritual pernikahan. “Dan seharusnya juga disampaikan oleh pihak orangtua sendiri kepada pasangan sendiri-sendiri, terpisah,” kata Mbak Sri, yang juga ketua umum Kertagama, yayasan untuk pengembangan nilai-nilai tradisional.

Sekarang petatah-petitih disampaikan pas mempelai lagi mumet-mumet-nya pengin segera malam pertama. Sudah itu disampaikan oleh orang lain yang kadang tak punya kedekatan hubungan darah. Biasanya yang lebih dipentingkan hanyalah ketokohan atau keterkenalan sosok pengasih ceramah pernikahan. Itulah yang kerap terjadi dalam rata-rata 2 jutaan orang nikah per tahun di Nusantara.

Bagi saya di era kini nasihat pernikahan itu perlu mengantisipasi tingginya angka perceraian akibat gugatan istri. Kabarnya sampai tahun 2.000-an perceraian terjadi akibat keputusan suami. Setelah berganti menjadi milenium kebangkitan perempuan saat ini tuntutan cerai dari pihak istri naik sampai melebihi 60 persen kasus perceraian.

Nasihat pernikahan mesti mencakup bagaimana seyogyanya para perempuan menampung dan menyaring seluruh informasi tentang kebebasan perempuan.

Pernah ada guyonan di kalangan teman-teman tentang pentahapan perempuan minta cerai. Pertama dia kesel ke suami. Kedua, istri itu bergaul dengan teman-temannya dan baca majalah ini-itu. Lalu ia nonton Oprah Winfrey. Lalu di suatu pagi kagetlah sang suami: Istrinya minta cerai.

Satu contoh lagi tentang seliwerannya informasi. Selain masalah klise yaitu soal ekonomi yang membuat tingginya angka perceraian di berbagai daerah terutama di Ciamis dan Indramayu, sampai 350 perceraian per bulan, facebook dan peralatan telekomunikasi lainnya diduga meninggikan angka pisahan di Madura.

Tak selalu buruk. Gugatan cerai dari pihak perempuan bisa dilihat sebagai kemajuan. Kemajuan, perempuan tidak saja lebih canggih dari makluk angkasa luar. UFO cuma bisa naik piring terbang, perempuan bisa menyebabkan piring-piring beterbangan ke para suami yang nyebelin. Lebih daripada itu, perempuan bisa mengajukan gugatan cerai.

Buruknya, jika gugatan cerai itu diajukan semata-mata karena puber. Yaitu, perempuan lagi puber-pubernya menikmati kesetaraan gender.

Apalagi kalau penyebabnya cuma sepele. Misalnya soal perbedaan pilihan partai politik dalam Pemilukada. Saya sendiri tidak percaya pada bagian akhir dari tulisan ini. Tapi ini benar-benar terjadi. Pemilukada dianggap salah satu penyebab perceraian selain Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT).

Problemnya, kalau betul-betul tidak ada “kekerasan” dalam rumah tangga, apakah perempuan bisa berbahagia?