AREA 2011 - 2012

AREA 99 Di Jalanan dan Nama-nama Jalan

3,731 Views

TejomusikKenapa pasukan-pasukan khusus di banyak negara umumnya didominasi kaum laki? Komando pasukan baret merah yang siap bikin aksi pembebasan sandera perompak Somalia juga laki semua tuh. Padahal kalau urusan nekad, mana ada yang bisa ngalahin kaum hawa? Motivator Mas Mario Teguh pernah bilang, jika perempuan sudah marah, suami, eh, tsunami mana yang sanggup melawannya.

Saya sendiri pernah lihat aparat keamanan urung menggusur lahan gara-gara protes kaum ibu. Kaum wanita itu setengah bugil berbondong-bondong membentuk pagar hidup. Para petugas menutupkan tangan ke mata, tak kuasa melihat, akhirnya balik kanan.

Berita yang masih gres, di Medan kaum ibu alias inang-inang malah sanggup menaklukkan Ormas yang di kota-kota lain ditakuti.     Cara mengemudi mereka juga nekad. Ke jalur kiri nggak. Tapi ke jalur kanan juga kagak. Tak aneh kalau di kota-kota besar macam Jakarta, pukul 10-an pagi itu agak macet. Itu jam-jamnya ibu-ibu nyetir mobil untuk belanja.

Tapi mungkin juga bukan karena nekad. Teman-teman yang ahli perempuan bilang, penyebabnya karena perempuan kurang cakap di bidang orientasi ruang dan bentuk (visual spasial). Sama halnya dengan kurang cakapnya mereka membaca peta.

Wah, saya baru dengar soal itu. Yang sudah turun-temurun saya ketahui bahwa perempuan lebih peka pendengarannya ketimbang penglihatannya. Rayuan untuk perempuan konon lebih jitu jika disampaikan melalui kuping seperti bisikan, ketimbang visual dengan tulisan.

Untuk urusan penghlihatan seperti mengemudi, ternyata, menurut versi temen-temen, perempuan juga berproblem. Ah, tapi bukan berarti mereka tak sanggup menjadi pengemudi yang baik. Menurut Dodi Budiono dari Indonesian Defensive Driving Center, jika dilatih, perempuan juga bisa mengemudi dengan baik. Lihat saja sopir-sopir bus Trans Jakarta ada juga perempuannya.

Dodi tak menyebut soal kelemahan visual spasial perempuan sebagai kendala mengemudi. Ia malah menyinggung kebiasaan multitasking perempuan. Mereka sering mengemudi sambil menelepon, membaca atau mengirim SMS, bahkan kadang-kadang sambil berdandan…

Jadi, sebenarnya, perempuan itu nekad, multitasking atau apa?

Mungkin juga karena mau enaknya sendiri sambil sedikit-sedikit ingin dimanja. Yang sering mereka lontarkan adalah kesetaraan gender. Apa-apa pengin disamakan. Tapi soal parkir minta perlakuan khusus seperti juga sudah menggejala di Cina dan Korea Selatan.

Beberapa mall di Surabaya dan Bandung sebagian melengkapi area parkir khusus buat perempuan. Di Jakarta setahu saya Mall Pondok Indah, Plaza Senayan dan Citos.

Jadi, sebenarnya, perempuan itu manja, bukan sekadar nekad dan multi tasking?

Tergantung. Coba kita tanya ke tokoh-tokoh yang namanya dipakai untuk nama jalan. Kalau kita tanya ke Nyi Ageng Serang atau Tjoet Nya Dhien, mungkin perempuan itu jenis manusia yang nekad. Bagaimana nggak nekad, wong sejak kecil Nyi Ageng Serang yang bernama asli Raden Ayu Kustiyah Wulariningsih Retni Edhi itu sering diajak perang oleh ayahnya, Pangeran Natapraja yang bergelar Panembahan Serang.

Bagaimana nggak nekad, wong syarat untuk melamar janda perang Tjoet Nya Dhien harus sanggup melawan Belanda, sampai akhirnya Teuku Umar, sang calon, gugur di Meulaboh.

Kalau mau jawaban yang lebih berbagai-bagai, tak cukup ditulis dalam satu buku, sampaikan pertanyaan itu kepada RA Kartini di Jepara maupun Dewi Sartika di Bandung. John Lennon telah membukanya dalam lagu Woman. Tapi masih sangat sedikit.