Wayang Durangpo Tahun I (2009 - 2010)

Episode 30 Joko Pitono Bukan Teroris!

5,960 Views

Episode30WIS bolak-balik dibilangi sama Gareng, Joko Pitono yang darahnya muncrat di Pamulang itu sungguh-sungguh teroris. Bagong tetap saja ngotot. ”Buuuukan!” katanya metenteng. ”Joko Pitono bukan tukang teror!!!” Sekarang Bagong ngomongnya malah ambek teriak-teriak.

Tadi baru saja keduanya tukaran soal nama tempat penyergapan. Bagong bilang Joko Pitono didor di Pemalang. ”Aduh, Gong, Pemalang itu kota kelahirannya. Tertembaknya bukan di Pemalang, tapi nduk Pamulang,” bantah Gareng.

Di kawasan Banten itulah Joko Pitono dilumpuhkan. ”Alah, Pemalang dan Pamulang apa bedanya. Ambek Karangkates baru ndak sama,” Bagong balik membantah. Gareng mangkel. Wajahnya jadi lebih merah dari jambu bol. Ia mukul-mukul amben dan gedhek. Kakak sulung Bagong itu akhirnya terus mondar-mandir, kukur-kukur kepala saking jembek-nya. Undang-undang dasar sudah berubah-ubah, kok rakyat yang satu ini ndak berubah-ubah juga. Tetep melarat dan suka ngeyel.
Petruk tanggap. Yang bikin Gareng tambah stres sampai wira-wiri kayak setrikaan, karena dia tidak ingin ihwal penyergapan teroris itu membuatnya lupa Century. Petruk sangat paham, Gareng yang selalu kritis dan waspada ingin engkel-engkelan lebih panjang dengan Bagong alias Bawor soal Joko Pitono. Tapi nanti bagaimana kalau debat kusir ndak rampung-rampung soal terorisme akan bikin Gareng lali Century?

”Ya sudah, Kang Gareng,” ujar Petruk kalem, ”Mending sekarang Sampeyan ambil napas. Sana, pergi, jalan-jalan, cangkruk terus nongkrongi Pak Bibit dan Pak Chandra di KPK yang kabarnya mulai mengurus lagi soal Century. Dulu konon mereka sudah pernah mau ngurus Century terus…gimanaaaa gitu…Terus mereka berhenti karena lebih sibuk nonton pertarungan cicak dan buaya. Sekarang mereka sudah cancut taliwondo lagi. Sampeyan teruskan debat dengan Bagong soal Joko Pitono via telepon saja dari gedung di Kuningan Jakarta itu. Pepet terus Pak Bibit-Chandra. Obrolan soal terorisme berlanjut, tapi Century tidak terlupakan. Yok opo?”

Selengkapnya di Jawa Pos, Mingguan, Wayang Durangpo