Wayang Durangpo Tahun I (2009 - 2010)

Episode 41 Pengusiran di Gunung Kutharunggu

6,539 Views

Episode041Bukan Ghoiron alias “Yang Berbeda” nek Gareng sama dengan yang lain-lain. Orang-orang lain kan langsung percaya Ibu Ainun Habibie kapundut pulang ke kasidan jati disebabkan kanker. Cakrawangsa alias Pancal Pamor ini berbeda. Sampai sekarang Gareng yang berasal dari kata Ghoiron masih terus memancing-mancing Petruk. Apa sih sesungguhnya penyebab mantan Ibu Negara itu berpulang?

Tanggapan Petruk?

Hehe…Namanya saja Petruk. Asalnya konon dari Fatruk. Artinya telah melampaui dunia keseharian di sekitarnya. Makanya ia suka menjawab asal. Sekenanya. Apalagi saat itu kebetulan pikiran Kantong Bolong itu sedang menclok-menclok ke tempat nun jauh, sedang terkagum-kagum pada Lionel Messi.      Pemain Argentina itu jadi sayap kanan jegos. Eh, sekarang jadi penyerang lubang yo bregas. Dribble bolanya ciamik. Gocekannya alamak. Sering dia tembus sampai menusuk jantung pertahanan musuh. Lalu itu lho…itu lho…tembakan jarak jauhnya itu lho…waduh…ck..ck..ck…
“Truk!” Gareng menyentak lamunan adiknya. “Bu Ainun itu sedo karena apa ya?’

“Karena penyakit kanker!” Petruk menjawab asal menurut apa yang sering mampir di kupingnya. Ia kembali meneruskan lamunannya tentang Lionel…

“Istri mantan Presiden BJ Habibie itu meninggal karena Gusti Allah,” kata Bagong perlahan. Ini berbeda dari kebiasaan si bungsu yang selalu bicara lantang dan ngeyel sesuai asal namanya, Bagho, yang berarti Si Pembangkang. Sangat lirih tapi Gareng bisa dibuatnya tertegun. Lamunan Petruk tentang Piala Dunia pun terhenti.

Gareng mengganti perkara.”Lha, sekarang perkara Mas Anas Urbaningrum. Kenapa wong Mblitar ini kepilih jadi Ketua Umum Partau Demokrat?”

Petruk yang dipandangi Gareng mau tak mau harus menjawab. Katanya, “Karena tidak suka membesar-besarkan diri…Karena bisa bertahan walau dalam keadaan memburuk.Tendangannya juga akurat…”

“Lho…lho…Truk…Itu Cristiano Ronaldo, Truk, wong Portugal, dulu gelandangan, sekarang striker bayangan…Yang aku tanya itu arek soko Universitas Airlangga itu lho…Kenapa kok bisa menjadi…”

“Karena dia pandai memimpin, Reng. Mas Anas itu kelahiran 15 Juli 1969. Kalau sebelum Maghrib, berarti ikut Selasa Wage. Orang yang tidak suka membesar-besarkan diri,seperti tadi aku bilang. Kalau setelah Maghrib, berarti ikut Rabu Pon. Hampir mirip dengan Rabu Kliwon, wetonnya Pak Harto. Orangnya pandai memimpin, kalau sudah pegang bola susah direbut, pandai mendistribusikan bola pada kawan-kawannya sendiri, dan bisa mencetak gol dari jauh…”

“Aduh Truuuuuk, itu Xavi Hernandez, dirijen lapangan tengah dari Spanyol!!!”

Petruk putus asa. Pikirannya sudah pengin cepet-cepet balik ngalamun soal bal-balan. Maka Gareng dijawabnya dengan asal menurut yang sering mampir di telinganya. Katanya,”Karena Mas Anas itu orangnya santun seperti Pak SBY….”

“Goblok!!!” Mas Anas naik pamor karena Gusti Allah!!!” Bagong alias Bawor kembali ke khittahnya. Suaranya kembali sember,parau dan tercekik namun lantang. “Sopan santun Mas Anas itu cuma jalaran. Cuma jalan. Kankernya Ibu Ainun juga cuma lantaran. Penyebabnya ya…” Bagong menunjuk ke langit.

Gareng sang pemikir yang kebetulan juga nyambi jadi wartawan Radar Mayapada, bermarkas di Graha Fana, esoknya meralat berita.

“Ibu Ainun Habibie meninggal setelah serangan kanker, bukan karena kanker. Mas Anas didaulat jadi Ketum Demokrat setelah berlaku sopan dan santun, bukan karena sopan santun. Menurut Bagong, kematian dan kedudukan hanya disebabkan oleh Gusti Allah. Sama persis dengan kelahiran dan rezeki. Soal jodoh juga sama. Maka jutaan kaum lelaki tidak usah kecewa dan mbrebes mili atas telah berlangsungnya pernikahan akbar pekan lalu. Bukankah begitu Mbak Dian Sastro?”

Baca selengkapnya di www vitual.jawapos.co.id