Sindo

Kalau Bulan, Eh, Duit tak Bisa Ngomong

4,905 Views

Dulu pernah ada lagu yang syairnya berandai-andai bulan bisa ngomong. Yang nyanyiin Doel Sumbang dan Nini Carlina. Tepatnya tahun berapa saya lupa. Yang jelas periodenya dua dekadean setelah manusia datang bulan. Maksud saya astronot sudah sampai ke bulan. Dan kita tahu bahwa bulan alias candra tidak bisa bicara.

Malah yang jelas-jelas diyakini masyarakat sebagai fakta ketika lagu itu populer, duitlah yang lebih hidup ketimbang rembulan. Duit bicara. Money Talk, kalau kita pinjam judul film Hollywood. Jadi, sebagai pengandaian atau harapan, lagu itu kena. Bulan tak bisa omong. Dibayangkanlah dia bisa ngobrol ibarat orang yang papa-mamanya menamainya Candra.

Sekarang duit tidak saja bicara laksana tahun-tahun itu. Tahun-tahun itu duit agak pendiam. Kini dia makin banyak bicara. Tidak saja pada pejabat Bulog yang kini diurus polisi. Duit juga sering main mata pada pejabat lain serta anggota DPR. Duit juga fasih berbincang-bincang dengan Satpam. Gila. Ramah betul tuh si fulus. Setiap dan seluruh lapisan warga, entah tukang parkir entah hakim, dirangkulnya dan diajak bercakap-cakap.

Dua harian lalu saya hampir tengah malam dadakan menjenguk kawan di rumah sakit elite di Jakarta. Turun di lobi ternyata pintu keluar-masuk sudah ditutup. “Sudah lewat jam buka,” kata Pak Satpam. Saya mesti langsung turun ke parkiran di basement. Ternyata di depan saya ada suami-istri yang baru saja satu lift turun. Duitnya ngomong ke satpam itu.

Nggak tahu ngomongnya duit itu gimana. Tapi pasti topiknya menarik dan santun. Karena Satpam itu lalu melangkah memencet tombol. Pintu kaca itupun menyibak. Satpam untung. Suami-isteri untung. Saya pun ikut-ikutan jadi Untung Surapati.

***

Cuma ati-ati pada Rupiah. Si Rupi itu kadang memecah belah pergaulan. Politiknya devide et impera seperti Belanda dulu ke kita, atau konon seperti siasat Amerika kini di Irak sejak pendudukan 20 Maret empat tahun lalu.

Modus memecah-belahnya si Rupi bin Dollar binti Euro itu juga macam-macam. Dan paling-paling kita cuma bisa ngantisipasi agar terhindar. Jangan pernah meminjamkan duit tanpa jaminan apalagi terhadap teman. Oh ya…? Katanya masyarakat Inggris punya pepatah, “Jangan pernah meminjamkan duit pada teman (tanpa jaminan).” Kenapa? “Karena kamu akan, satu, kehilangan duit. Kedua, kehilangan teman.”

Saya selalu ingat kalimat dalam pepatah itu bukan karena pernah tinggal di Inggris atau kuliah sastra Inggris, tapi karena mengalami langsung. Dulu ketika jadi penyiar radio di Bandung saya pinjam uang tanpa jaminan Rp 25 ribu ke bos radio, perempuan Ambon. Abis ngasih duit, Ibu-ibu tengah baya ini bilang, “Untung kamu anak-buah saya, kalau kamu teman saya, kamu nggak akan saya pinjami duit.” Lantas ia kutip pepatah Inggris itu.

Sejak itu saya tidak pernah meminjamkan duit ke temen. Kalau ada kawan pinjam duit, misalnya Rp 1 juta, dan kalau kebetulan saya punya duit, mending saya kasih Rp 100 ribu atau berapa gitu. Karena pepatah Inggris itu bener. Kalau ada urusan utang-piutang (tanpa jaminan) antar-sahabat, repot. Kadang kalau keduanya bertemu, sering yang salah tingkah malah yang minjemin duit. Persahabatan lantas putus. Duit pun hilang.

***

Selain devide-devide-an tadi, akibat karib dengan uang juga sering gawat. Dia gampang banget jadi sohib asal kita mencarinya, tapi lantas bikin kesukaran. Kesukaran ini ya macam-macam, dari sakit, susah jodoh, sampai hidup berlama-lama padahal sudah tidak produktif.

Filsafat kuno di Jawa bilang, panjang umur yang berupa azab itu biasanya makan periode minimal 14 tahun agar yang bersangkutan menyaksikan akibat perbuatannya dahulu. Selama 14 tahun itu misalnya dia harus menyaksikan anaknya cekcok terus. Cucu-cucunya ditelantarkan oleh mantan menantu…wah, masih banyak lagi. Lho, ini percaya ndak percaya lho…

Bagaimana cara mendekati duit tapi tapi sebisa mungkin terhindar dari bahaya? Wah, saya juga nggak terlalu tahu. Tapi mungkin yang berikut ini ada gunanya buat ibu-ibu dan sidang para suami. Dulu waktu mengaji di masa kanak-kanak Kiyai saya wanti-wanti, “Carilah Tuhan. Kamu pasti ketemu duit. Kalau yang kamu cari cuma duit, mungkin kamu ketemu duit. Mungkin juga tidak. Tapi sudah pasti kamu tidak akan ketemu Tuhan.”

Bagaimana cara mencari Tuhan? Ya beribadahlah buat kepentingan Tuhan. Shalat, ke gereja, vihara? Bukan. Itu buat kepentingan dan kebaikan manusia sendiri. Lho, jadi apa ibadah yang buat kepentingan Tuhan?

Mas Saifulah Yusuf, Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal, mengingatkan saya via teguran Tuhan terhadap Musa. Ibadah yang untuk kepentingan Tuhan adalah mendekati kaum yang teraniaya.

Intinya. Ati-ati ama duit. Tapi juga jangan anti-duit. Ngasih anak nama “Duit” apa salahnya, kayak menamai Candra atau Untung. Menteri BUMN kita namanya juga ada duitnya, Sugiharto. Dalam bahasa wayang, artinya kaya duit. Dan Pak Menteri cuma senyum-senyum ketika saya bilang begitu pekan lalu. Jadi apa salahnya di zaman duit ini ibu-ibu menamai putra-putrinya Duit Mattalata, Duit Kartasasmita atau I Made Duit Sosrositompul…

(Dimuat di harian Sindo, Tanggal 23 Maret 2007)