AREA 2009 - 2010

Lupa Serat, Lupa Presiden

4,219 Views

Kita baru saja kedatangan ahli pemasaran dunia Philip Kotler yang dibawa sejawatnya dari Indonesia Hermawan Kertajaya. Mengesankan ketika sang pakar bilang, kini ada pemasaran gaya baru. Krisis ekonomi global membuat orang termehek-mehek menjajakan barang dagangannya.

Kreditlah mobil, kreditlah kulkas. Nanti pembeli macet bayar karena di-PHK? Bukankah PHK-PHK, termasuk yang dilakukan perusahaan raksasa Sony, masih akan terjadi di banyak tempat?

Tenang. Tren pemasaran dunia sekarang, kalau sampeyan benar-benar nggak bisa bayar bahkan pinjem mertua juga nggak mungkin karena mertua pun lagi babak belur kena krisis, ambil mobil itu, ambil kulkas itu. Mobil dan kulkas itu kini sah telah menjadi milik sampeyan.

Rumah makan yang kasih harga paket dan kita boleh ambil apa aja seperti Hanamasa, mungkin sudah biasa. Tapi seorang teman yang baru pulang dari Wina cerita, di situ kini muncul restoran Pakistan yang pengunjungnya boleh makan apa saja dan boleh bayar suka-suka atinya aja.

Yang berikut ini kita tidak bayar sesukanya. Kita harus mengeluarkan Rp 3.500, atau bahkan cukup Rp 2.000, kurang dari separo tol dalam kota Jakarta. Dengan harga sebiaya parkir satu jam pertama itu nasi kita sudah pakai telor, tempe orek dan bihun.

Kalau nggak percaya tinggallah di kontrakan kawasan Bendungan Hilir. Pas mau berangkat kerja, cobalah mampir ke bawah jembatan penyeberangan busway dekat menara BRI. Penjual makanan yang diam-diam menerapkan prinsip Philip Kotler itu ngendon di sana.

Tapi tidak terlalu fair menyandarkan krisis global ini pada kebaikan hati dan strategi pedagang. Saya usul, kita sebagai pembeli juga harus punya siasat.

Seingat saya teman-teman dari dunia kesehatan sering berpesan, belilah makanan berserat. Bukan saja agar be a be lancar sehingga penjaga WC umum kelimpahan tambahan receh. Tapi serat lebih perlu waktu lama untuk dicerna ketimbang karbohidrat sehingga kita awet kenyang.

Berarti seyogyanya kita makan ketela. Seratnya tinggi apalagi konon punya antioksidan untuk melawan kanker. Selada. Kentang yang kulitnya nggak dikupas. Kedelai, tomat, kacang merah yang sering ada di sup. Dan lain-lain.

Masih soal krisis ekonomi global, kayaknya karena itu deh salah satu calon presiden kita iklannya memakai lagu dari makanan yang paling murah dan populer. Tinggal suka-suka kita sebagai “pembeli”. Mau pilih calon presiden dengan rasa makanan instan itu atau kita mau pilih calon lain yang bikin kita lebih sehat.

Calon presiden lain pamer sepatu bikinan dalam negeri. Tinggal suka-suka kita sebagai “pembeli”. Mau kemandirian atau ketergantungan. Mandiri itu bagus kalau kita emang pemberani. Tapi kalau kita masih minder terus ma bule, wah mandiri itu penjara.

Calon presiden lain lagi, unjuk tempat sampah. Tinggal suka-suka kita sebagai “pembeli”. Yakin kita bisa mengolah daya cipta kita, mengolah sampah jadi pupuk dan energi? Kalau gak yakin ya mending kita lupakan semuanya, pergi ke kuburan dan nyanyi…Lupa….lupa lupa lupa, lupa lagi….

(Dimuat di rubrik ‘Frankly Speaking’ AREA 56, 17 Juni 2009)