Tulisan-tulisan saya di Seputar Indonesia selama ini dirancang untuk hidangan para ibu. Meski demikian sekarang saya coba buat bicara bola. Karena saya lihat tak sedikit kaum perempuan menonton Piala Eropa.
Artis yang ramah, Dewi Sandra, ternyata juga bener-bener pemerhati bola. Bukan sok memperhatikan Piala Eropa dengan menerbitkan single berjudul Play bareng Sandra Dewi dan Luna Maya.
Dan Dewi Sandra tak cuma punya foto bersama Cristiano Ronaldo, karena waktu Ronaldo ke Indonesia Dewi menyanyi di Gala Dinner-nya. Isteri penyanyi Glen Fredly ini bahkan tahu cukup rinci konstelasi 16 negara yang kini bertanding di Swiss dan Austria.
Sebagai blasteran Betawi (ibu) dan Inggris (ayah), Dewi menjagokan Inggris. Tapi Inggris keok ma Kroasia. Komentar Dewi, “Ya, cukup lumayan bete….! Awalnya nggak bisa terima. Makanya pas Jerman mau lawan Kroasia, saya harap Jerman membantai Kroasia! Hahaha…Tapi Kroasia itu memang punya materi permainan yang bagus. Kayaknya mereka the next best team.“
Jadi, mengunggulkan Kroasia di final?
“Nggak…”
Lho?
“Penginnya di final itu Belanda lawan Portugal. Kan seru tuh. Hahaha…Soalnya Glen bela Belanda. Jadi seru aja bisa ceng-cengan sama dia kalo dia kalah..”
***
Saya juga mencoba bicara bola dalam forum Ibu-ibu ini karena betapa eratnya persoalan bola dengan ibu-ibu. Selain bisa dipakai buat bahan ledek-ledekan atau keakraban dengan suami, seperti Dewi Sandra, bola juga dekat dengan soal kenaikan harga BBM. Padahal kenaikan harga BBM, dan segala dampaknya ke harga lauk-pauk, sayuran, transportasi anak sekolah dan sebagainya, kan sangat dekat dengan denyut kaum ibu?
Saya tidak tahu apakah Ibu adalah orangtua dua mahasiswa Universitas Atma Jaya Jakarta yang melakukan aksi jahit mulut di sebelah peti mati untuk menuntut pembatalan kenaikan harga BBM… Saya tidak tahu apakah Ibu bukan orangtua mereka, tapi menganggap mereka bagai anak sendiri, karena anak-anak Ibu juga sampai kini masih berjuang menuntut pembatalan kenaikan BBM di berbagai kampus dan berbagai daerah…
Yang jelas, kita sama-sama tahu, kalau jeli, bahwa seluruh aksi menuntut pembatalan kenaikan harga BBM itu seolah-olah lenyap kabarnya, ditelan oleh berita tentang peristiwa Front Pembela Islam (FPI) di Monas.
Lantas beredar sikap kritis pada segelintir masyarakat termasuk pers, apakah peristiwa Monas itu sekadar upaya untuk mengalihkan perhatian masyarakat dari persoalan naiknya harga BBM? Apakah peristiwa Monas itu sungguh-sungguh, atau pura-pura saja namun dilakukan secara sungguhan sehingga masyarakat yang tak jeli mudah lupa akan esensi persoalan bangsa: Pengelolaan energi?
Di dalam bola hal itu juga terjadi. Kita tahu bahwa Cristiano Ronaldo dari Portugal yang digandrungi Dewi Sandra itu suka mengalihkan perhatian, suka akting, suka pura-pura sakit agar wasit menghadiahi tendangan bebas maupun penalti.
Desas-desus beredar luas bahwa Ronaldo dan Arjen Robben dari Belanda, dua-duanya pintar mengalihkan perhatian dan lihay dalam diving (pura-pura ke-tackle keras atau pura-pura hampir cedera). Tapi kita tak bisa membuktikan itu. Totti tak kunjung main buat kesebelasan Italia di Euro 2008 ini, tapi pasti bukan karena ia terbukti sebagai diver.
***
Terjualnya Indosat oleh sang pemilik, Temasek dari Singapura, dengan harga jual tiga kali lipat dibanding harga ketika Temasek belum lama membelinya dari Indonesia, menguak banyak pertanyaan kritis. Misalnya, berapa nilai suap yang terjadi sampai-sampai kita mudah dikibulin dalam penjualan aset negara.
Penguakan akan hal itu melancarkan batu duga kepada hal-hal lain yang menjadi misteri selama ini dan hampir tak pernah diungkap dalam alasan government menaikkan harga BBM maupun spanduk-spanduk demonstran? Yaitu, lagi-lagi, seperti tak bosan-bosannya akan saya tulis: Kita kan negara penghasil energi, kok harga minyak dunia naik malah jadi momok ndak jadi berkah? Berarti, sudah berapa nilai suap yang terjadi di lingkup itu sehingga kontrak kerja energi lebih banyak melarikan nilai minyak ke luar negeri?
Nah, bukankah dalam bola juga tak sedikit skandal suap? Italia saja tercatat beberapa kali persebakbolaannya terlanda kasus suap bahkan menimpa pemain terbaiknya dulu, Paolo Rossi.
Banyak pihak diem-diem bilang bahwa kontrak-kontrak kerja energi itu bisa ditinjau kembali bahkan dibatalkan asal para pemimpin berani. Bahkan aset-aset negara yang terlanjur dijual (dan kita dikibulin) seperti Indosat bisa kita miliki kembali.
Mereka biasanya mengajukan contoh Rusia. Putin, pemimpin mereka, dengan berani menasionalisasikan kembali perusahaan-perusahaan negara yang mereka jual dalam keadaan panik dulu pas krisis ekonomi. Hasilnya, konon, dari cuma 12-an milyar dolar devisa saat itu, kini Rusia punya devisa 400-an milyar dolar.
Siapa yang bisa bikin berani kaum pemimpin. Ya, kaum perempuan. Kaum Ibu. Jika kaum Ibu telah dapat membikin rakyat Indonesia sebagai kaum pemberani, pasti pemimpinnya, apa boleh buat, ikut-ikutan nekad.
Ingat Antonio Cassano? Pemain Italia? Ya, ia mengaku keberanian dan kepercayaan dirinya di lapangan hanya bisa dibangkitkan oleh perempuan Genoa, kota asal klub Sampdoria. Karena itu ia rela pindah ke klub Sampdoria. Karena itu bahkan ia rela dipotong gajinya, asal tetap bisa dipertahankan di Sampdoria.
Ya…tapi di bola kan nggak ada agamanya. Baik agama sebagai kedok maupun agama sebagai niat yang tulus untuk membahagiakan sesama…Mungkin begitu sinisme yang muncul.
Ya, saya ndak tahu. Yang jelas tak sedikit para ahli bilang sepak bola telah menjadi “agama”. Dan lapangan bola di Jerman kerap dinamai heiliger rasen, areal yang kudus.
(Dimuat di harian Sindo No. 90, tanggal 14 Juni 2008)