Wayang Twit

Wayang Twit: Salya

6,970 Views

STcartoon1Kesanggupan Salya dalam keadaan mabuk itu tercatat.. maka dalam Baratayudha, Salya, Pakde Nakula-Sadewa, membela Kurawa.

“Ya udah,,karena kalian protes semua,, masih mangap,, kopi belum abis, aku lanjutin cerita soal wayang aja yaa….”

Tersebutlah Prabu Baratwaja, Raja Mandaraka, punya anak bernama Salya. Baratwaja marah ketika sudah bangga-bangga akan punya mantu, Salya malah menolak. Alasan Salya,, ia belum siap menikah.. Ia masih ingin melanjutkan pengembaraannya menuntut ilmu. Baratwaja, ayah Salya, makin marah dan mengusirnya.

Syahdan di lain tempat, dalam lakon yang sama, ada Resi bernama Bagaspati,, Pertapaannya bernama Argabelah,, Putrinya bernama Dewi Pujawati.

Suatu pagi, Dewi Pujawati menangis ke ayahnya, Bagaspati. Ia mengatakan bahwa dalam mimpi semalamnya, ia bertemu seorang pemuda. Karena Bagaspati sakti, meski berwujud raksasa, ia langsung tahu wujud seperti apakah pemuda yang diimpikan Pujawati. Bagaspati pergi…

Di suatu lereng gunung, Resi Bagaspati bertemu Salya dan yakin betul pemuda ini yang ditemui putrinya, Pujawati, dalam mimpi…

Salya menolak akan dikawinkan dengan putri Bagaspati, karena Bagaspati berwujud raksasa. Pasti putrinya raksasa juga!

Perang. Salya kalah.

Salya dibawa ke pertapaan Argabelah. Dia kaget begitu melihat ternyata Dewi Pujawati bukan raksasa,, bahkan jelita…

Ketika pertama kali melihat Dewi Pujawati, Salya serasa melihat Maia, meski tak ada Wulan Jamilah di situ… Begitu juga ketika Dewi Pujawati melihat Salya untuk pertama kali, serasa di depannya telah bercokol dewa dari Kahyangan, yaitu Dewa 19.

Salya dan Pujawati yang masing-masing kesusupan Batara Ahmad Dani dan Batari Maiawati berkaronsih..

Karon artinya dua yang menjadi satu di dalam asih. Sebenarnya asih adalah tingkat tertinggi di dalam hubungan laki-laki dan perempuan, setelah tresno (cinta) ada welas (passionate).. di atas semua itu adalah asih.

Salya dan Pujawati berhubungan di dalam “sih”, bahkan mertua Salya, Resi Bagaspati ga kasih izin Salya pergi bawa istrinya.. Stay di situ aja.

Suatu hari Salya dengan tutur bahasa yang sopan kepada mertuanya berkata, semalam mimpi yang cukup aneh. Ia tinggal di istana emas, tetapi ada macannya. Bagaspati sebagai resi yang sudah mumpuni berbagai ilmu tanggap. Itu berarti Salya yang beristrikan Pujawati, sesama manusia, malu bermertuakan raksasa.

Bagaspati berbicara kepada Salya: “ Mantuku, tak usah kau detilkan lagi gambaran mimpimu. Sekarang au akan ajarkan Mantra Canda Birawa ke kamu. Dengan Mantra Candabirawa itu, kalau kau berperang, dari badanmu akan muncul raksasa bajang (prematur) satu,dibunuh satu jadi dua, dst…”

“ Raksasa Candabirawa itu dibunuh dua jadi empat, begitu terus berlipat sampai jutaan, wahai Salya!” berkata Bagaspati kepada Salya.

Setelah Aji Candabirawa tuntas diberikan kepada Salya, Resi Bagaspati berpesan agar Salya tidak berpoligami. Salya setuju.

Pujawati ganti nama. Pujawati diberi nama Setyawati, karena diharapkan dia setia kepada Salya, karena Salya tidak poligamis. Setelah semuanya oke, Salya membunuh mertuanya.

Usai kematian Bagaspati dengan bekas mantranya sendiri, Candabirawa, Salya-Setyawati pulang ke kerajaan Mandaraka. Prabu Baratwaja di Mandura sangat senang, karena meski dulu mengusir Salya, hatinya telah lama hatinya luruh dan kangen. Baratwaja tanya siapa besannya.

Respon Bratwaja atas jawaban Salya “Oh ya ampuunn! Bagaspati itu temen seperguruanku yang udah seperti saudara. Dapatkah beliau hadir ke sini?”

Salya tidak bisa jawab dimanakah Bagaspati, karena baru saja dia membunuhnya. Salya hanya tertunduk. Dalam ketundukannya, Salya kaget ketika ayahnya, Prabu Baratwaja cerita bahwa ia dulunya saudara seperguruan dengan Bagaspati, mertua Salya. Ayah Salya berkata Bagaspati besannya itu dulu teman seperguruan yang sudah seperti saudara, selapik seketiduran. Salya tidak sangka.

Akhirnya, Salya mengakui bahwa mertuanya, Resi Bagaspati telah dibunuhnya dengan aji Candabirawa, pemberian Bagaspati itu sendiri.

Prabu Baratwaja tidak dapat menahan marahnya. Tak dapat kuceritakan di sini kemarahan itu.

“Waah!!! Jancuukk! Ternyata aku salah lagi! Lupa! Ayah Salya bukan Baratwaja, tapi Mandrapati! Baratwaja adalah ayah Durna! Sori..sori… lali…”

Ayah Salya, Prabu Mandrapati (setelah diralat) untuk kedua kalinya mengusir Salya. Namun, adik Salya, Dewi Madrim (kelak menjadi ibu Nakula Sadewa) sangat sayang kepada Salya, dan menyusulnya ke pengusiran.

“Kopi disruput, sarung dinaikkan, cerita berlanjut….”

Salya yang waktu mudanya bernama Narasoma, dalam pengusiran itu mendengar ada sayembara Kunti. Kunti, putrid Mandura, dalam sayembara itu telah diperoleh pemenang, Pandu Dewanata (kelak menjadi ayah Pandawa), lalu datanglah Salya.

Mentang-mentang punya aji Candabirawa, Narasoma alias Salya menantang Pandu. “Kalo aku kalah, ambil adikku Dewi Madrim!” sumbar Salya ke Pandu.

Pandu memang kalah. Siapa sanggup melawan aji Candabirawa Salya, raksasa bajang yang kalau dibunuh satu menjadi dua, dua menjadi empat, dst…!?

Pandu meninggalkan gelanggang. Atas petunjuk ayahnya, Abiyasa, Pandu kembali masuk gelanggang. Pandu kembali berperang melawan Salya.

Nasihat Abiyasa: “ Raksasa bajang Candabirawa yang berasal dari sisik naga Antaboga tidak boleh dilawan.” Pandu bahkan harus mematikan seluruh nafsu.

Salya kalah. Adiknya, Dewi Madrim, diserahkannya ke Pandu. Kunti dan Madrim menjadi istri Pandu. Karena Dewi Madrim, adik Salya, diperistri oleh Pandu dan melahirkan Nakula- Sadewa, Salya sangat sayang kepada Pandawa. Tetapi kenapa berpihak kepada Kurawa?

Berkali-kali Salya meminta memantunya Prabu Duryudana, presiden #Jancukers Kurawa, untuk membatalkan Baratayudha dengan Pandawa. Menantu Salya, Prabu Duryudana, diminta untuk mengembalikan tanah Astina kepada Pandawa. Kompensasinya, kerajaan Salya, Mandaraka, diberikan kepada Duryudana.

“Tetapi urip bebasan wong mampir ngombe (durasi hidup cuma ibarat orang numpang minum), maka ayo mabuk-mabukan..” kata hati Salya.

Alkisah, Salya diajak ke pesta oleh Duryudana, dibikin mabuk. Ketika mabuk, Salya ditanya, “Mertuaku, sanggupkah bantu Kurawa?” tanya Duryudana. Salya: “ Siapa takut?!”

Kesanggupan Salya dalam keadaan mabuk itu tercatat.. maka dalam Baratayudha, Salya, Pakde Nakula-Sadewa, membela Kurawa.

Baratayudha pecah. Pandawa telah tetapkan panglimanya.. Arjuna, kusir keretanya Kresna. Dari pihak Kurawa, Duryudana melantik panglima Adipati Karna.

Inilah perang Saudara Kandung beda Ayah. Arjuna-Karna. Karna meminta mertuanya, Salya, untuk menjadi kusir kereta. Salya marah luar biasa tersinggung!! “Hhhmmmm…aku mertua cuma kau jadikan kusir??” marah Salya. Akhirnya Karna minta Duryudana membujuk Salya.

“Romo”, kata Duryudana kepada mertuanya, Salya. “Mohon sayanglah kepada putrimu Banuwati yang kini jadi permaisuri Astina. Tidakkah paduka kasihan?” tanya Duryudana.

“Lagipula, Romo Salya, siapa lagi tokoh yang sederajat dengan Prabu Kresna, kusir Arjuna.. Jika Karna tidak dikusiri tokoh sederajat Kresna?? Timpang.” Lanjut Duryudana.

Akhirnya dengan bersungut-sungut, Salya berangkat menjadi kursi Karna, menghadapi Arjuna yang dikusiri Kresna. Bumi gonjang ganjing…..

Saat akan berangkat, ketika Salya mau menuju kereta, ternyata menantunya, Karna sudah duduk.

Salya: “ Heh, mantuku! Orang yang tak tahu diri! Aku ini Raja, Raja Mandara! Kamu Cuma Adipati pangkatnya, kok sudah naik duluan?”

Karna: “ Mohon maaf, Prabu Salya, di kereta perang ini saya Panglima, anda kusir. Saya Cuma adipati di Awangga, anda Raja besar, tapi saya Panglima.”

Salya: “ Aku kusir, kamu Panglima, tapi aku adalah mertuamu! Putriku Surtikanti kamu nikahi. Mau turun dari kereta?”

Karna akhirnya turun perlahan dari kereta, menyembah Salya. Karna: “ Mari mertuaku, antarkan aku ke peperangan, jika tak sayang ke saya, jika Paduka Salya tak hendak antar ku ke medan perang Baratayudha di Kurusetra, setidaknya Paduka inget pada istriku, ya putrimu.”

Akhirnya Salya naik kereta. “ Ayo naik cepetan!”, bentaknya ke Karna. Dalam hati Salya: “ Sesungguhnya anakku Surtikanti lenih ingin dinikahi Arjuna!”

Ketika panah Adipati Karna telah tepat mengarah ke Arjuna, Salya sebagai kusir kereta Karna punya feeling, “Ah, nyawa Arjuna beberapa detik lagi.”

Salya teringat lelakon dahulu ingin ketiga putrinya, Irawati, Surtikanti, dan Banuwati menjadi istri Arjuna. Karena betapa sayangnya Salya kepada Arjuna. Tetapi Surtikanti akhirnya dinikahi oleh Karna. Sebenarnya Salya punya alasan sayang ke Karna, sebab Karna seperti Salya, tokoh yang tidak poligamis. Tetapi Arjuna memang banyak berjasa kepada Kerajaan Mandaraka, pimpinan Prabu Salya. Maling-maling dari manca yang menangkepin Arjuna.

Maka, ketika jelang anak panah melesat dari Karna kearah Ksatria Madukara, Arjuna, Salya menyentak kendali kuda,,, kereta oleng,,, panah meleset..

Sumber: kastdel demarco