Blog

Ada Bintang di sebelah kanan Sujiwo Tejo….

7,503 Views

ST4DC2Ada Bintang di sebelah kanan Sujiwo Tejo….

Ya memang seperti “tangan kanan”nya begitulah kira-kira. Semacam orang kepercayaan begitukah? Tak lebih tak kurang. Kalau Tejo lantas menjadi sosok “Presiden” YAIYO, sebut saja yang di sebelah kanannya sebagai “Menhankam/Pangab “(sekaligus mungkin Menlu ad interim, boleh ya?)
Adalah sang Menhankam/Pangab yang dibantu sepenuh hati oleh pas 3 orang Kastaf, seperti Kasad adalah Kiki Dunung Tulungagung, Kasal adalah Imam Garmansyah Bandung dan Kasau adalah Taufan Irianto Makasar. Sementara sang Menhankam adalah memang “bintang”, namanya Bintang Indrianto.

Bukan “teman baru” dari Sujiwo Tejo. Sudah sejak “Pada Satu Ketika” yang adalah album ketiga Sujiwo Tejo, dia bertugas di sisi pengatur musik. Hanya bedanya, di Yaiyo kali ini, tanggung jawabnya memang “sepenuhnya”. Lantaran Sujiwo Tejo memberikan wewenang sepenuhnya, memberi kuasa untuk Bintang “mengurusi” musiknya. Sujiwo Tejo tidak lagi berperan apa-apa pada musik. Bintang-lah yang diberi tugas sebagai produsernya.

Apa kata Bintang? Oh ya, Bintang adalah bassis papan atas, sebetulnya terbilang relatif muda baru saja menyentuh angka “kepala 4” usianya. Ia lebih dikenal sebagai salah satu session player penting, baik rekaman maupun pentas. Ia pernah terlibat dengan pelbagai kelompok jazz, membantu banyak nama-nama musisi jazz ternama. Tercatat, ia pernah gabung dengan Spirit Band, Bhaskara hingga Trigonia. Lalu Funky Thumb sampai Band Desa.

Belakangan Bintang, yang kini memiliki dan mengurusi sendiri langsung studio rekamannya bernama Studio-BINTANG di kawasan Grand Wijaya, Kebayoran Baru, mulai dikenal sebagai salah satu produser musik yang karya-karya garapannya mulai menarik perhatian banyak penggemar musik.

Menurut Bintang, Tejo itu “tokoh” yang unik. Ketokohannya itu serius, dia aset bangsa ini! Seru Bintang yakin. Maka lantaran kadung dianggap “tokoh sekalian aset bangsa” itulah, Bintang membesut musiknya Yaiyo dengan sepenuh jiwa raganya. Yah maksudnya, total habis-habisan begitu.

Jadinya, aku memberikan sebuah ornamen saja untuk mempertegas lirik-lirik kuat dari Sujiwo Tejo. Album ini menjual semata-mata kekuatan lirik karya Tejo, “Aku hanya mempercantik, mempertegas, memperindah…Sekitar itulah. Dan musiknya untuk Tejo itu luas, enak juga bisa lari-larian kemana-mana. Jazz, pop, progresif, rock bahkan dangdut, hayo saja. Sekali lagi, yang terpenting adalah liriknya!”Tegas Bintang lagi.

Lalu ia mengerjakan musik tersebut beberapa bulan, menurut dia terbilang relatif pendek. “Mungkin karena aku suka, aku menghormati karya-karya dia yang ini. Aku terkagum-kagum dengan isi liriknya. Hal itu membuat pancingan untuk membuat musiknya menjadi jelas. Kerjanya jadi enak dan cepat,”terang Bintang lagi.

Dan kreatifitas Bintang dalam mengolah album Yaiyo terasa rada-rada “liar”, tapi jangan kawatir masih tetap terasa “bertanggung jawab” kok. Lihat ya, isian vokal Tejo di hampir semua lagu sebetulnya hanyalah “guide vocal” semata dimana di rekam dengan iringan hanya piano “asal-asalan”.

“Nggak total dan nggak serius gitu lho ngisinya,”terang Tejo. Tapi ternyata buat Bintang, itu semua sudah cukup kok. Halah! Tejo terperanjat, yang bener kamu,’tang? Bintang mesem-mesem dan bilangnya begini, “Apa mas Tejo gak pede? Kok jadi berubah gak pede gitu?” Tejo pun hanya bisa senyum-senyum saja. Semua senyum, sama-sama mesem-mesem. Alhasil?

Sudah cukup kok, apalagi yang harus dirubah, begitu ucap Bintang. ejo yang sebenarnya sudah “sibuk” mempersiapkan suaranya untuk take vocal “beneran” memang akhirnya urung mengisi vokal lagi. Eh belakangan Tejo, sambil geleng-geleng kepala bilang, ternyata ya masuk juga.

Aku nggak bisa marah hanya sama dia ini, jelas Tejo pada suatu sore. Sambil mengisap rokoknya dalam-dalam, Tejo bilang, Bintang itu berhasil menerjemahkan keinginan musikku lewat lirik-lirikku. Dan dia adalah orang yang paling gigih dan semangat mendukung album dan konsepku yang ini, terang Tejo lagi.

Tak hanya sebatas, yakin dengan materi lirik dan ketokohan seorang Sujiwo nan Tejo saja, Bintang juga percaya penuh dan yakin seyakin-yakinnya dengan kemampuan “ketiga orang Kepala Staf-nya”. Mereka bertiga, kata Bintang, adalah musisi-musisi muda harapan bangsa! Kemampuan bakatnya semua luar biasa. Semangatnya luar biasa. Kemauannya luar biasa! “Kita berempat dalam waktu relatif cepat bisa saling mengerti, memahami dan mengasihi lho….”Iapun menebar senyum lagi. Saling mengasihi? Oh indahnya….

Ini album dan musik yang berangkat dari kebudayaan kita, kekayaan tradisi kita. Aneh juga kalau ternyata bisa tidak menarik perhatian kalangan media massa misalnya. Atau sampai tidak mendapat kesempatan wawancara di sebuah radio. “Masak sih mereka lebih seneng menampilkan, mengedepankan dan membantu mempopulerkan musik-musik barat sono? Mana ya kepedulian mereka atas tanah airnya? Aku nggak ngerti? Kenapa sih mereka bisa nggak paham, nggak peduli. Jadinya, yang nggak ngerti itu aku, Bintang atau mereka ya?”Ini ucapan Tejo.

Apapun hasilnya, Yaiyo telah disebarluaskan. Yaiyo bahkan terus “repeat-order” sampai melewati angka 3000 keping dalam waktu sebulan-an saja! Mungkin ini sebenarnya sebuah “rekor baru” penjualan album indie.

Ini sebuah contoh konkrit indie-movement sejatinya. Karya orisinal, tak perlu contoh kiri-kanan, apalagi “mengadaptasi” musik-musik barat. Bebas lepas berkreasi. Terasa memberikan warna baru. Tetap bersemangat. Menjual gerilya, jual langsung dilakoni dengan sukacita. Tidak sekadar berbagus-bagus dengan kulit luar atau malah, gila-gilaan pada kostum atawa gaya semata. Indie memang seharusnyalah tetap berbicara pada kwalitas karya!

Dan Presiden Yaiyo sudah membuktikan, bergerak di jalur indie juga “sehat dan segar”. Betul kan, Bintang? Bintang senyum, kita serahkan yuk pada publik saja…..
(dM)