Wayang Durangpo Tahun III (2011 - 2012)

Episode 118 Lesmana Mengincar Yingluck Shinawatra

4,906 Views

Episode118HARI ini Lesmana Mandrakumara akan dinikahkan. Kabarnya calon mempelai wanitanya tuh Yingluck Shinawatra. Penduduk gempar. Hutan-hutan pun seperti turut bergejolak. Sawah dan ladang tak ketinggalan. Bayangkan, putra mahkota kerajaan Astina akan menikahi perdana menteri cantik di ASEAN. Bakal mantenannya Ibas dan Aliya saja manusia sudah heboh. Padahal, keduanya cuma beda partai ayah masing-masing. Ini, Lesmana-Yingluck, sudah beda partai, eh masih pula masing-masing beda negara dan bangsa.

Pokoknya dari segi apa pun, perhelatan kawin kedua pasangan itu berbeda.

“Oke, berbeda. Tapi, masih bisa nggak kita cari terus persamaannya?” tanya ponokawan Bagong ke sang kakak, Gareng.

Gareng merenung. Akhir-akhir ini Bagong memang selalu nanya tentang persamaan beberapa hal. Menurut Bagong yang polos dan lugu namun cerdas, barangsiapa hidup di kecamatan Bineka Tunggal Ika harus selalu mengedepankan persamaan. “Kecamatan kita sama, Reng,” ujar Bagong, “Jadi, kalau ada perbedaan, sekuat-kuatnya mari kita cari dulu di mana persamaannya?”

Misalnya, pekan lalu Bagong alias Bawor bertanya: Apa persamaan kadal dan komodo?

Komodo divote buat 7 keajaiban baru dunia, kadal tidak divote, nah itu bukan persamaan. Itu perbedaan. Juga kata “kadal” bisa dibelokkan jadi “mengkadali” atau “dikadali”. Contoh kalimat, “Kita semua pada umumnya sedang dikadali oleh anggota DPR dan para pejabat .…”

Bagaimana bila pengkadalan anggota DPR maupun pejabat terhadap rakyat itu semakin membesar? Dapatkah kita bilang “mereka telah mengkomodoi rakyat?” Tidak dapat.

Dengan kata lain, kata Petruk, komodo dan kadal memang beda.

“No!” Bagong protes. “Kita jangan putus asa mencari persamaan. Kadal dan komodo sama …. Dua-duanya sama-sama tidak dijadikan umpama saat KPK lawan Polisi. Masyarakat pakai perumpamaan cicak lawan buaya ….”

***
Kemarin Bawor juga bertanya apa persamaan orang yang berangkat ke masjid dan orang yang pergi ke gereja. Keduanya jelas beda. Yang satu umumnya pakai sarung dan sandal. Yang lain tidak. Satunya berangkat Jumat. Satu lagi lainnya berangkat Minggu pagi-pagi.Toh persamaan akhirnya ada juga. Jenis tempatnya sama. Yaitu sama-sama pernah dibom. Mesjid di lingkungan kantor polisi di Cirebon pernah dibom. Di Solo, belum lama, gereja juga dibegitukan. Sama juga, dua-duanya oleh pelaku bom bunuh diri. Orang ke mesjid maupun ke gereja sama-sama pengin ketemu Tuhan, bukan untuk belanja seperti kalau kita pergi ke Pasar Atom.

Pengamatan Bawor itu dibantu oleh Petruk. Maklum, tak ada lembaga survei yang mau membantunya untuk urusan begini. Mereka lebih seneng melakukan survei politik tentang bagaimana seorang tokoh atau partai di mata rakyat. Riset begitu jelas-jelas ada duitnya. Calon pemimpin politik maupun yang sudah jadi, pasti membutuhkan jajak pendapat jenis begitu.

Penelitian tentang persamaan masjid dan gereja, siapa akan menduiti? Begitu juga penelitian tentang persamaan pernikahan anak Pak SBY dan Pak Hatta Rajasa itu dengan Lesmana-Yingluck.

Akhirnya, sambil ketus, Gareng menjawab Bagong. Ketusnya, “Ini persamaannya, Gong. Pasangan Ibas-Aliya dan Lesmana-Yingluck dua-duanya sama, yaitu sama-sama berbeda jenis kelaminnya.”

***
Huh! Jawaban model apa itu? Bagong jelas tidak puas. Bungsu ponokawan itu masih juga mencari terus, apa persamaan antara Ibas-Aliya dan Lesmana-Yingluck. Semakin ia ditertawai oleh Petruk, Gareng, semakin tinggi minatnya mencari persamaan. “Kita ini Bineka Tunggal Ika, semangatnya harus mencari persamaan, bukan perbedaan,” berkali-kali Bagong mengajukan alasan ke para kakaknya.Bagong hampir mikir begini, kedua pasangan mempelai itu sama-sama berasal dari daerah banjir. Ibas-Aliya dari daerah genangan air Jakarta. Lesmana-Yingluck dari daerah genangan air Bangkok dan Astinapura.

“Bagong, Bangkok oke memang tergenang air, tapi apa betul Astinapura juga daerah genangan air?” Petruk bertanya.

Bagong tak bisa menjawab.

Kalau dipikir-pikir, memang susah mencari persamaan antara kedua pasangan mempelai tersebut. Lebih gampang mencari perbedaan antara cium pipi Om Barack Obama-Bu Ani Yudhoyono dan Barack Obama-Michelle Obama.

“Bedanya,” Petruk menjelaskan, “Yang pertama dilakukan oleh bukan suami istri. Yang kedua dilakukan oleh pasangan suami-istri.”

Bagong membanting asbak. “Soal ciuman ini jangan mencari perbedaan. Carilah persamaannya. Kita ini negara Bineka Tunggal Ika. Persamaan lebih penting ketimbang perbedaan. Ayo, kita cari persamaan antara ciuman Obama-Bu Ani dan Obama-Bu Michelle.”

***

Pada pertemuan berikutnya ternyata ponokawan tidak merembuk soal persamaan ciuman. Mereka lebih asyik berbincang-bincang tentang usaha Raden Lesmana Mandrakumara untuk mendapatkan wahyu Cakraningrat. Anak manja yang kemenyek itu diojokojoki para sesepuh Astina bahwa pemilik wahyu tersebut akan menjadi pemimpin Nusantara.

Untuk mendapatkan wahyu tersebut, orang-orang dekat istana mengompor-ngompori agar Lesmana punya mobil Bentley. “Mau dapat kredit di bank saja kita datangnya harus pakai mobil mewah, agar pihak bank percaya. Apalagi mau dapat wahyu,” kata patih Sengkuni.

Akhirnya, setelah merengek ke sang papa, Prabu Duryudana, Lesmana dibelikan mobil Bentley.

“Itulah perbedaan anak raja dan anak orang biasa,” kata Gareng tentang Lesmana yang mobilnya tak kalah dari mobil para anggota DPR seharga 7 milyaran rupiah itu.

Bagong lagi-lagi keberatan. “Jangan cari perbedaannya. Carilah persamaannya.”

Persamaannya, menurut Petruk spontan, rakyat dan pemimpin sama-sama ingin kendaraan istimewa. Sejak kecil rakyat telah dididik oleh lagu anak-anak agar jangan mau naik delman biasa. Naiklah delman istiwewa ketika turut ayah ke kota. Anak raja juga begitu. Cuma, “delman” mereka adalah mobil Bentley.

Apakah dengan Bentley itu Lesmana bakal menikahi Yingluck Shinawatra dan menciumnya ibarat Obama ke Bu Ani, Eh, ke Bu Michelle?

Ah itu cuma gosip. Yang benar, dengan Bentley, Lesmana ini “menikahi” wahyu Cakraningrat.