Wayang Twit

Wayang Twit: #Centhini

8,699 Views

STcartoon1Sejak Hari Raya Nyepi ini, aku ingin meringkas dan menulis ulang Serat Centhini yang sering disebut Kamasutra versi Jawa. Namun sesungguhnya Serat Centhini yang aslinya disebut Suluk Tembangraras bukan semata-mata soal sex. Ia merangkum seluruh sendi hidup..

Serat Centhini ditulis pada zaman Kesultanan Surakarta oleh Pujangga Sastranagara, Ranggasutrasna, dan Sastradipura…

Serat Centhini bukanlah kitab sejarah, meski anehnya tempat-tempat yang tertera di dalamnya ternyata bisa ditemukan situs-situsnya..

Lakon Centhini bermula dari penyerbuan Mataram ke Kekhalifahan Giri. Pangeran Pekik dari Surabaya atas nama Mataram menyerang Giri. Giri menjadi lautan api. Putra Sunan Giri, Jayengresmi, lari ke hutan. Adik-adiknya, Jayengsari dan Rancangkapti berlari ke hutan lainnya.

Serat Centhini bercerita tentang pengembaraan fisik dan spiritual Jayengresmi mencari kedua adik yang dicintainya.. Jayengsari dan Rancangkapti..

Kamasutra versi Jawa hanya bagian ketika dalam pengembaraan itu Jayengresmi (Syeh Amongraga) bertemu Nyi Tembangraras.

Begitu dulu intro saya tentang Serat Centhini .. akan saya sambung sooner or later..

~””~

Saya sudah ngrokok dan nyelesaikan tulisan rutin wayang Durangpo buat Jawa Pos, mari saya lanjutkan ringkasan dan versi saya tentang Centhini

Dalam pelarian di belantara, Jayengresmi terdampar di telaga. Hatinya makin kangen kepada adik perempuannya, Rancangkapti. Di seputar telaga, kenangan Jayengresmi kepada adik perempuan kesayangannya, Rancangkapti, diperkuat harum kenanga, kemuning, dan kanigara.

Jayengresmi di tengah bebungaan hutan termasuk anggrek: “Adikku, Rancangkapti.. Kekahalifahan Giri telah hancur.. Dimanakah kamu sekarang?”

Jayengresmi: “Adikku, Rancangkapti, di telaha ini, entah di hutan mana, aku ingat kesukaanmu menghimpun embun, lalu lari di rerumputan.”

Abdi Jayengresmi, Gathak dan Gathuk, baru saja bersuci untuk sembahyang senja. Tiba-tiba datang lelaki tua bernama Ki Purwo. Ki Purwo bilang ke Gathak dan Guthuk, dia juru kunci di kawasan itu, Candi Brau, Mojokerto..

Ki Purwo: “Di dekat sini ada pemakaman Putri Campa, Permaisuri Prabu Brawijaya. Telaga itu dulunya pemandian Sang Putri dari Campa.”

“Di sebelah Arca Menakjingga, pemberontak dari Banyuwangi adalah tempat persembahyangan Brawijaya.” Lanjut Ki Purwo.

Jayangresmi yang kemudian bergabung dalam perbincangan, bertanya: “Ada Dewa Agni kendarai kambing, Dewi Sri naik babi, Surya naik kuda. Ada pula Indra naik gajah.. Semua patung itu elok.. Kenapa semua kepalanya terpenggal?”

Ki Purwo: “Nanti sayaa jelaskan…”

“Karena agama baru melarang qurban manusia, namun raja kami masih meneruskan kebiasaan sebelumnya.” Sambung Ki Purwo.

Lalu Ki Purwo menunjukkan arah ke candi lain, Bajangratu namanya.. “Siapa yang melihatnya akan kehilangan arah dan akal.” Kata Ki Purwo.

Ki Purwo lantas pamit ke Jayengresmi dan Gathak-Gathuk. “Semoga dharma membimbingmu ke tempat adik-adikmu kelak.” Kata Ki Purwo.

Haaaaaaah…istirohat dulu Centhini nya, sampai jumpa di episode pengembaraan selanjutnya…

To be continued…

Ditulis ulang oleh: @chiezworld