AREA 2011 - 2012

AREA 107 Bersiap Kecewa Saat Lebaran…..

6,558 Views

TejomusikManusia di mana pun ada persamaannya. Dihina, umumnya mereka tersinggung. Pekan ini ada kabar denda Rp 30 juta di Jerman bagi orang yang mengumpat “Babi Tua”.

Begitu juga lebaran. Di mana-mana hampir sama termasuk di Sudan. Ada pesta makan dan silaturahmi. Bedanya, kalau di Indonesia pakai ketupat, lontong, rendang, sayur lodeh, opor ayam dan sebagainya, di tempat lain makannya belum tentu seperti itu.

Di Malaysia, Singapura dan Brunei Darussalam selain ada ketupat lebih pasti ada dodol dan lemang. Ada juga recehan buat dibagi ke anak-anak yang mereka sebut “duit raya”. Orang-orang kita mengecat pagar. Orang Arab mendekorasi rumahnya, dan lebih menyuguhkan aneka makanan dari kambing.

 

Namun intinya sama, ada hiruk-pikuk meyongsong lebaran.

Di Indonesia orang tidak berbondong-bondong ke tepian Sungai Nil kayak di negeri seribu menara, Mesir. Namun masyarakat di sini menyaksikan kuda Nil. Sama juga, dengan berbaju baru persis di Mesir, pengunjung memenuhi kebun-kebun binatang di Ragunan dan kota-kota lain, layaknya ratusan ribu manusia memadati Kebun Binatang Giza sekitar 3 km-an dari Kairo.

Perbedaan cuma terletak pada jenis-jenis perayaan. Baju baru saja umpamanya tampak tak cukup bagi perempuan muslim di India, Pakistan dan Bangladesh. Mereka menggambari tangannya dengan henna (inai) lalu membuat lomba bagus-bagusan gambar di tangan tersebut.

Ada hiruk pikuk, namun nyaris tak ada yang baru dalam perayaan Idul Fitri. Kalau tidak petasan dan kebut-kebutan, seperti juga kebut-kebutan di Riyadh, paling-paling ya konvoi takbiran.

Kalau bagi saya persiapan terbesar dalam menyongsong lebaran atau, kata orang Jawa, bada, justru persiapan mental menyambut sms maupun bbm broadcast halal bil halal.

Sudah beberapa tahun ini setiap jelang lebaran saya selalu kesel dan enek membaca ucapan maaf lahir batin yang tidak personal. Isinya template atau copy paste semua. Tidak dibikin sendiri oleh pengirimnya. Sudah itu di sana tidak ada nama yang dituju.

Zaman kartu lebaran yang dikirim via pos, mesti isinya template atau copy paste, setidaknya masih terkandung tanda tangan pengirim serta nama alamat yang dituju. Si penerima masih merasa disapa. Ada sesuatu yang masih bersifat dan bernuansa personal.

Membaca nama kita disebut oleh orang yang mengasih ucapan maaf lahir-batin, ibarat kalau saya lihat kebiasaan masyarakat Turki saat lebaran selain dengan musik tradisional Karagoz dan Hacivat dari masa Ottoman. Mereka ngesun tangan kanannya lantas menempelkan tangan itu di kening orang lain sambil mendoakannya. Terasa ada touch di situ.

Saya sudah tentu tidak antiteknologi. Tak ada salahnya mengirim sms maupun bbm-ria saat lebaran atau telasan kata orang Madura. Tapi apa susahnya tidak broadcast? Apa susahnya mencet satu persatu dan pakai nama tujuan? Capek? Lebih menguras keringat mana dengan naik turun bus kota untuk pergi meminta maaf lahir dan batin sebelum musim kartu pos?

Menerima sms dan bbm broadcast halal bil halal, apalagi dengan isi template atau copy paste, serasa merambah dunia yang gersang…mirip suasana lebaran di Iran.

Dalam situasi kejiwaan yang lagi gak bener, salah-salah ucapan lebaran yang impersonal itu diterima sama menghinanya dengan umpatan di Jerman lho