Sebanyak enam ramalan Joyoboyo terjadi, adakah ramalan ketujuh bakal muncul? Keenam ramalan Joyoboyo yang sudah terjadi adalah runtuhnya Majapahit; Belanda masuk; hengkangnya Belanda; Jepang masuk; perang saudara; dan bertenggernya kekuasaan tentara. Sedangkan ramalan ketujuh adalah Tikus pithi anoto baris. Tafsirnya, barisan pemberontakan rakyat Nusantara dari berbagai penjuru
Geger 1998 yang melengserkan Presiden Soeharto sebetulnya belum merata. Bisa dikatakan, ini cuma pecah di beberapa kampus, Gedung MPR/DPR, Glodok, dan beberapa tempat di Jakarta. Situasi akan jauh berbeda dibandingkan berkobarnya api dari tikus pithi anoto baris yang sekamnya kini mulai rantak membara di sekujur Nusantara karena cekcok pemilu legislatif.
Namun, tikus pithi anoto baris sebenarnya bisa dihindari. Nujum memang bertugas membuat kita pasrah menyongsong kehadirannya yang laksana nasib. Tetapi, bukankah nubuat juga bertugas membuat kita ancang-ancang, waspada, dan melakukan berbagai nazar agar kehadirannya batal?
Membatalkan hasil pemilu?
Menggugurkan hasil pemilu legislatif kelihatannya sudah tidak mungkin, demi beberapa fakta. Antara lain, pertama, partai-partai besar dan partai-partai lumayan sudah sibuk memikirkan koalisi untuk pemilu presiden. Artinya, tanpa dikatakan, mereka sebenarnya sudah nrimo hasil pemilu legislatif.
Kedua, Mahkamah Konstitusi mengatakan, pemilu legislatif mustahil dibatalkan. Yang bisa diubah atas dasar persidangan perkara hanya komposisi penghasilan suara partai.
Ketiga, Prabowo Subianto sang ”Kuda Hitam”, perlu menggalang dukungan partai-partai kecil untuk dapat maju dalam pemilu presiden. Dalam logika sederhana dan awam, itu berarti partai-partai kecil harus menandatangani berita acara keabsahan pemilu legislatif.
Cacah ulang
Yang paling mungkin menghindari tikus pithi anoto baris adalah titah kepemimpinan nasional agar semua pihak gotong royong membantu cacah ulang peserta pemilu presiden mendatang. Ini karena perasaan saja bahwa ada atau tidak ada rekayasa politik, daftar pemilih tetap (DPT) akan kacau jika data mentah yang mendasarinya pun sudah kacau.
Titah dan ketegasan sikap kepemimpinan nasional inilah yang akan membuat cacah ulang data dasar tak bakal mustahil dilakukan dalam waktu singkat. Apalagi dengan bantuan teknologi informasi.
Misalnya, mengaktifkan lagi petugas BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) yang tersebar sampai pelosok. Kita ingat, bahkan sampai tingkat desa, para petugas itu tidak cuma mencatat peserta KB. Dalam wilayah tugasnya dan dalam perkembangan berikutnya, mereka tahu siapa yang Lampid (lahir, mati, pindah, datang). Kabarnya mereka masih punya data hingga 2005. Sistem pendataannya pun masih ada. Begitu tombol diaktifkan, … jalan!
Titah dan ketegasan sikap kepemimpinan nasional itu juga bisa menggerakkan ibu-ibu PKK, Karang Taruna, dan Pramuka serta RT/RW untuk saling bahu-membahu. Hasil pencacahan berbagai pihak itu saling di-cross check dengan hasil dari administrasi kependudukan Depdagri yang punya wilayah di tiap pusat provinsi maupun dinas-dinas catatan sipil tingkat kota/kabupaten yang punya tangan sampai tingkat RT. Holopis kuntul baris dan rambate rata hayo dari semua ini kita pasok data dasar ke KPU yang selanjutnya akan memprosesnya menjadi DPT.
Mungkin saja keaktifan penyelenggara negara dalam pencatatan ulang ini menyimpang dari undang-undang yang justru mengharuskan rakyat aktif mencatatkan diri sendiri, penyelenggara negara pasif. Tetapi, seingat penulis, jika kemudian terbukti UU bertentangan dengan akal sehat dan kondisi nyata masyarakat, kepemimpinan nasional bisa mengeluarkan peraturan pengganti undang-undang. Maka, lebih baik mempunyai undang-undang buruk tetapi hakimnya (pemimpinnya) baik dan bernurani daripada sebaliknya.
Langkah lain
Selain cacah ulang data yang mendasari penyusunan DPT untuk pemilu presiden, mungkin masih ada langkah- langkah lain penghindaran tikus pithi anoto baris. Yang pasti, segenap upaya penghindaran harus dituntaskan.
Ini penting mengingat enam ramalan Joyoboyo sudah terjadi, yaitu Murcane Sabdo Palon Noyo Genggong (runtuhnya Majapahit), Semut Ireng Anak-anak Sapi (masuknya Belanda), Kebo Nyabrang Kali (Belanda kenyang dan hengkang), Kejajah Saumur Jagung Karo Wong Cebol Kepalang (Jepang masuk 3,5 tahun), Pitik Tarung Sak Kandang (perang saudara zaman Bung Karno), Kodok Ijo Ongkang-0ngkang (tentara berkuasa era Soeharto).
Hitung-hitung, sambil menjajal diri, siapakah yang lebih sakti, kita semua dari milenium ini atau ”cuma” seorang diri Joyoboyo dari abad ke-11 silam?
Sujiwo Tejo Dalang
Link: http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/04/24/03334445/waspadai.ramalan.ke-7.joyoboyo