Wayang Durangpo Tahun I (2009 - 2010)

Episode 07 Wakil Rakyat Klampis Ireng

5,913 Views

Episode007Bagong bersedih. Tiba-tiba ia kepilih jadi wakil rakyat. Pelantikannya ya baru kemarin, sehari sebelum Unesco mengakui batik sebagai warisan budaya dunia dari Indonesia.

Makanya, berbeda dibanding wakil-wakil rakyat lain yang pakai jas walaupun di negara tropis, walaupun panasnya kayak gini, Bagong lebih memilih pakai batik.

”Dulu Nelson Mandela yang mimpin Afrika Selatan saja gemar batik, masa’ kita malah ikut-ikutan bule mengenakan jas? Jas itu kan mestinya untuk di tempat-tempat yang hawanya dingin.”

Itu biasanya nasihat yang kerap didengarkan Bagong, bungsu Semar. Makanya, sejak tiga hari sebelum pelantikan ia rajin keluar masuk Pasar Klewer di Surakarta, mencari berbagai motif batik yang kira-kira cocok untuk dibaiat menjadi wakil rakyat.

Kok nggak pakai jas saja. Memang iklim kita ini tropis. Tapi kan bisa pakai AC,” kata teman-teman Bagong.

Ya justru itu. Bagong nggak mau yang dingin cuma ruangan-ruangan dalam, tapi lingkungan luar makin tambah panasnya. Bagong nggak mau ikut dalam menambah panas lingkungan karena penggunaan AC.

Apalagi belakangan ini listrik sering mati. Di kota praja banyak perempuan keramas di salon, tiba-tiba pas pengeringan rambut listrik mati. Ke salon pengin cantik. Pulangnya malah acak adul. Nanti bagaimana kalau listrik makin sering mati dan AC gak nyala. Pasti kalau pakai jas, Bagong tambah kepanasan.

Tak heran Bagong meninggalkan jas. Ia lebih memilih batik. Batik akhirnya sudah diperoleh adik Petruk dan Gareng ini. Motifnya kawung, digabung dengan parang garuda dan parang rusak. Muncul juga sedikit motif sido mukti di beberapa aksennya. O ya, ada sedikit nuansa motif mega mendung dari Cirebon.

Gabungan motif-motif dari berbagai daerah itu, termasuk motif pagi sore dari Pekalongan, mestinya membuat Bagong sumringah. Karena mencari di belahan dunia mana pun, tak bakal ada. Yang dipakai Bagong saat pelantikan wakil rakyat itu mungkin satu-satunya di dunia.

Belum lagi ada sentuhan warna-warni Batik Madura di sana-sini.

Bagong harusnya semakin percaya diri dengan batik uniknya itu. Apalagi partai Bagong menjanjikan akan menyekolahkan Bagong ke kursus singkat menjadi wakil rakyat, semacam bimbingan yang diberikan oleh mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Prof Jimly Asshiddiqie kepada para anggota DPR terutama dari kalangan artis.

Itupun nggak membuat Bagong hepi. Karena menurut Bagong, mau pakai batik atau jas wakil rakyat itu tetap sama. Yaitu, mereka lebih rendah dibanding rakyat yang sudah rendah. Namanya saja wakil.

Wakil rektor masih mendingan. Karena rektor jabatan tertinggi di kampus. Menjadi wakil rektor tentu masih tinggi. Begitu pula wakil kepala sekolah, wakil Kapolri, wakil presiden. Nah, kalau wakil rakyat?

Berarti sebagai wakil rakyat, Bagong akan disuruh-suruh oleh rakyat. Kalau perlu rakyat boleh memarahinya. Dan yang paling penting, menurut Bagong, mulai besok pagi dia harus kursus, si samping kursus yang dibikin oleh Jimly.

Bagong akan kursus bahasa Jawa kromo inggil. Selama ini, ketika masih berkedudukan tinggi sebagai rakyat, Bagong cuma bisa bahasa Jawa ngoko. Tapi, karena mulai besok ia turun pangkat menjadi wakil, mau gak mau dia harus bisa bahasa Jawa kromo inggil. Bahasa kromo inggil, artinya komunikasi dengan penuh penghormatan, menurut Bagong harus dipakainya ketika berdialog dengan tokoh yang diwakilinya alias dengan atasannya, yaitu kita.

Ketika Bagong naik mobil wakil rakyat nanti, berpapasan dengan rakyat yang sedang perlu mobil, misalnya karena istri rakyat itu akan melahirkan, ya Bagong harus turun dari mobil dan menyerahkannya kepada calon ayah tersebut.

Masyarakat pada arus balik Lebaran boleh mengajak siapa pun keluarganya di udik untuk ikut ke kota praja. Rakyat nggak perlu takut saudaranya itu akan jadi gelandangan di kota praja. Datang saja ke rumah wakilnya, yaitu Bagong. Panakawan ini harus mau keluar rumah, agar rumahnya bisa diisi oleh atasannya, yaitu calon gelandangan tersebut.

Dan banyak lagi perkara yang bikin Bagong bersedih. Petruk dan Gareng, kakak Bagong, berkali-kali menghibur Bagong. Kata mereka, enak lho jadi wakil rakyat. Polisi dan petugas penegak hukum lainnya gak bisa seenaknya menangkap Bagong. Diperlukan izin khusus dari raja bila polisi ingin menangkap Bagong.

Bagong heran dengan hiburan jenis itu. Menurutnya, dia tergerak untuk menjadi wakil rakyat bukan karena ingin mencuri atau merampok atau melakukan perkara kriminal lainnya. Jadi, menurut Bagong, perlindungan raja dari petugas penyelidik dan penyidik tak dia perlukan.

Kocap kacarita, raja Darawati Sri Kresna akhirnya dari kejauhan mendengar kesedihan di Klampis Ireng, padepokan Semar dan anak-anaknya. Kresna mengirimkan anak yang paling disayanginya, Raden Samba, menuju Klampis Ireng menemui Bagong.

Raden Samba yang tampan dan selalu berpakaian gemebyar tak diberi pesan apa-apa oleh Kresna. Samba bingung. Pokoknya, kata Kresna, Samba hanya datang saja memperlihatkan dirinya di depan Bagong. Habis itu Samba boleh pergi.

Hanya Raden Setyaki, paman Samba, yang menyertai kepergian ksatria dari Parang Garuda ini, yang tahu maksud Kresna. Kresna ingin memperlihatkan betapa menariknya harta benda kepada Bagong. Harta benda berupa perhiasan dan pakaian itu lengkap ada pada Raden Samba yang kebetulan juga tampan.

Harapan Kresna, Bagong bisa hepi dilantik jadi wakil rakyat karena Bagong sudah bisa membayangkan enaknya harta benda.

Apakah dengan kedatangan Raden Samba yang gemerlapan ini kemudian Bagong berubah jadi riang, membayangkan keadaannya kelak sebagai wakil rakyat?

Wah, kedatangan Raden Samba yang bukan wakil rakyat itu belum terjadi. Dan saya bukanlah ayahnya, yang tahu peristiwa-peristiwa yang akan terjadi. (*)

* Sujiwo Tejo , tinggal di www.sujiwotejo.com

Disadur Sepenuhnya dari Jawa Pos, Kolom Mingguan, Wayang Durangpo