Wayang Durangpo Tahun III (2011 - 2012)

Episode 112 Kinclong Banyuwangi bagi Asterix

5,621 Views

Episode112Siapa sanggup menumpas Kebo Marcuet di Blambangan, dia yang berhak menikahi Kencono Wungu sang puteri Majapahit. Maka Jaka Umbaran yang gagah bergegas dari kawasan Mojokerto. Bablas ia melaju ke Banyuwangi mengganyang kelilip kerajaan Majapahit itu.

 Malang tak dapat dioncati. Kebo Marcuet ternyata sakti banget. Bambang Sukskati yang memerankan Jaka Umbaran dalam ketoprak itu digempur sampai babak belur. Wajahnya yang semula ngganteng jadi korat-karit. Lenyap kebagusan Jaka Umbaran menjelma si buruk rupa Menak Jinggo.

 Ini persis lakon wayang. Ksatria dari Bluluktiba, Bambang Sukskati, dihajar oleh ksatria dari kampung tetangga hingga tubuhnya ndak karu-karuan. Ia menjadi serbacacat penuh bilur berupa ponokawan Gareng.  

Penonton, cuma dua orang, seluruhnya sedih….

Kebetulan dalam rombongan ketoprak tobong malam itu kostum Menak Jinggo sedang tidak ada. Kabarnya lagi disewa oleh salah seorang menteri di Jakarta. Konon kalau ndak jadi menteri lagi sehabis reshuffle kabinet, dia akan pakai kostum Menak Jinggo berkiprah dan joget-joget keliling Aloha dan Gunungsari Surabaya.

Maka Menak Jinggo malam itu didandani baju dan rias wajah Gareng. Pemirsa pasti tak bakal protes. Toh mereka tentu sudah lupa sebenarnya kayak apa bleger si Menak Jinggo. “Bangsa Indonesia bangsa yang cepat ndak ingat, walau Abraham Lincoln dan Bung Karno sudah wanti-wanti jangan gampang lupa sejarah,” alasan pengurus ketoprak yang kerap mengaku sebagai mantan pemimpin KPK.

Itu terbukti. Penonton yang tak lebih dari dua orang itu tak tampak plonga-plongo kok ada Menak Jinggo rupa Gareng. Keduanya tetap larut berkecimpung dalam kesedihan. Trenyuh merenungkan betapa besar pengorbanan Jaka Umbaran untuk meraih cinta Kencono Wungu. Akhirnya penonton jingkrak-jingkrak. Setelah kepontal-pontal Menak Jinggo berhasil membunuh Kebo Marcuet dan menguasai Blambangan.

***

 

Saat yang dijanjikan kini tiba: Janur kuning Pernikahan Menak Jinggo-Kencono Wungu.

Namun lagi-lagi malang tak dapat dioncati. Kencono Wungu tak mau dinikahi padahal Menak Jinggo sudah membawa banyak oleh-oleh termasuk ikan P dan cumi-cumi dari Muncar. Menak Jinggo terpukul. Tubuhnya nglentruk di bawah randu pitu.

“Dayuuuuun,” panggilnya lirih kepada sang abdi yang diperankan penyanyi mirip Ayu Thing Thing. “Lebih baik aku diberi Alamat Palsu, Dayun, ketimbang dikasih alamat asli tapi orangnya ndak mau saya kawini…Oooo Yuuuun … Yuuuun…. Dayuuuuuun…. Kemanaaaaa… Kemanaaa….kemanaaa…”

Tujuh hari tujuh malam Menak Jinggo masih lunglai. Ia kunjana papa alias gila asmara di bawah randu pitu sampai jadi tontonan bangsa Indonesia. Tak ketinggalan seluruh anggota DPR turut menontonnya. Mereka sampai lupa membahas anggaran belanja 2012.

“Saya iri ke Menak Jinggo…Hidup luntang-lantung bagai gelandangan di bawah pohon tapi hatinya penuh cinta. Kami hidup enak di ruang AC , bergemilang duit, tapi cinta kami redup bahkan kering kerontang,” ungkap seorang anggota dewan. Airmatanya tetes perlahan.

Tampak di panggung ketoprak itu para wakil rakyat kian bersedih mendengar nasihat Dayun ke juragannya.

Dayun: Cinta itu takdir. Menikahi itu nasib. Kita bisa melawan nasib, tapi tidak takdir…Hmmm…Di dalam cinta, tidak ada yang salah. Ratu Kencono Wungu tak bisa disalahkan. Cinta itu ajaib. Datang dan perginya tak dapat kita rencanakan. Ratu tak salah jika selama masa penantian cintanya di luar rencana ternyata  tumbuh ke Damarwulan …

***

Harusnya kesabaran itu seperti keinginan, tak ada batasnya. Yang bertapal batas cuma kebutuhan. Namun entah karena apa tiba-tiba di hari respati alias Kamis itu lenyap sudah segala kesabaran Menak Jinggo. Ia ngamuk punggung nirboyo nirwikoro.

Damarwulan yang diperankan oleh Bambang Panyukilan pun kalah. Padahal menurut pakem ketoprak, mestinya Damarwulan berhasil membunuh Menak Jinggo di Probolinggo. Ini malah tubuh Damarwulan yang babak bunyak. Sosoknya yang semula bagus menjadi bonyok-bonyok berbentuk ponokawan Petruk.

Meski tak cocok dengan pakem ketoprak, peristiwa itu persis lakon pewayangan ketika Bambang Panyukilan dari padepokan Kembang Sore dihajar oleh ksatria dari dusun sebelah sampai tubuhnya remuk rempu malih Petruk.

Kencono Wungu kelimpungan…

Atas petunjuk Steve Jobs sang bos Apple yang baru meninggal, Ratu Kencono Wungu minta bantuan Asterix. Itu setelah ia telusuri dunia maya sampai masa 50 tahun Sebelum Masehi di dusun kecil Armorica. Ah, Asterix pun takluk. Ia bersama pengawal gendutnya Obelix, lari terbirit-birit nggendring sipat kuping dari Menak Jinggo yang bersenjata sakti wesi kuning alias besi kuning. Asterix lari ke arah pedalaman Blambangan.

***

Kocap kacarita …

Dalam wayang, dewa yang bertugas mendamaikan pasangan suami-isteri termasuk calon suami-isteri adalah Batara Asmara. Ia putra Batara Guru dari Dewi Umarakti. Singgasananya di Kahyangan Mayaretna. Ia menyusup ke alam batin Kencono Wungu dengan aji Asmaragama, Asmaratantra dan Asmaraturida.

Bumi gonjang ganjing….

Dengan ajian itu tiba-tiba di mata Kencono Wungu senjata wesi kuning milik Menak Jinggo cuma pengibaratan belaka. Maksud wesi kuning adalah tambang emas tersembunyi di Banyuwangi. Kencono Wungu tergiur mendekati Menak Jinggo. Apalagi Damarwulan yang sudah berupa Petruk tidak cemburu. “Halah, lha wong Menak Jinggo itu seperti Gareng. Sudah saya anggap kayak kakak saya sendiri,” celotehnya ringan.

Lalu Batara Asmara meniupkan aji tambahan, aji Pengabaran untuk Kencono Wungu dan rombongan. Maka dari Probolinggo dengan cepat Kencono Wungu, Damarwulan rupa Petruk dan Menak Jinggo rupa Gareng sampai ke tlatah Blambangan. Ternyata di situ tambang emas sudah dikuras oleh orang asing Asterix atas bantuan para wakil rakyat dan seorang menteri yang berdandan Menak Jinggo.

Kemana kekayaan bangsa ini akan kita rebut kembali…

“Kemanaaaa…Kemanaaa…Kemanaaa…” si mirip Ayu Thing Thing sebagai pemeran Dayun berdendang di akhir ketoprak tobong…

Penonton, tinggal satu orang, semakin bersedih…