AREA 2007 - 2008

Presiden Buta Huruf

3,382 Views

Kalau dikasih kesempatan milih presiden, sarjana tapi gak bisa mimpin atau yang buta huruf tapi becus banget mimpinnya, saya pilih yang buta huruf. Cuma, orang-orang kayak kita ini dihirauin juga nggak ya, kalau punya pendapat soal syarat gelar kesarjanaan presiden. Itu lho draft ajuan Departemen Dalam Negeri ke DPR soal undang-undang politik yang kini ramai diributin.

Ah, nggak ada salahnya juga kan ngobrolin soal itu sambil makan di warung-warung murah di Jakarta. Misalnya di soto Pak Hadi di Pasar Baru, Soto Gebrak di dekat SMA 3 atau cabang-cabangnya. Atau di bakso-bakso murah dan enak di Jakarta, yang alamat lengkapnya bisa kita tanya ke aktris Marcella Zalianty.

Soalnya S-1, S-2 sampai doktor itu kan porsi buat pekerjaan di bidang tertentu, termasuk untuk pengajar dan peneliti. Juga staf ahli. Padahal bidang pekerjaan presiden itu luas banget. Lebih luas ketimbang jurusan-jurusan di fakultas. Lebih luas dibanding fakultas-fakultas di universitas. Lebih universal seperti kehidupan konkret. Wah, ya soal tangis bayi di Gunung Kidul, lumpur di Sidoarjo sampai pemogokan guru di Sulawesi Selatan. Lebih luas ketimbang perkara Microsoft yang dipimpin Bill Gates, drop out-an perguruan tinggi.

Jadi intinya bukan pernah kuliah formal atau tidak. Intinya apakah presiden itu pernah kuliah di universitas sejati, yaitu kehidupan. Buktinya bisa dari karir kepemimpinannya. Dia bisa seperti Bill Gates, atau 10 orang terkaya dunia yang rata-rata drop out perguruan tinggi, tetapi visi dan intuisinya sanggup mengelola dan menggerakkan ribuan doktor.

Saya lagi mikir, spanduk-spanduk “Selamat Datang Presiden RI Bapak Dr Susilo Bambang Yudhoyono…” itu kan penghinaan pada presiden ya? Karena yang nyoblos Pak SBY mestinya bukan terdorong oleh kedoktorannya yang cuma di kancah sempit dari kehidupan luas ini, yaitu pertanian. Tapi karena mereka yakin akan visi dan intuisi kepemimpinan Pak SBY. Ya kalau mau, sekalian saja sebut Bapak Jenderal Doktor SBY. Bidang pertaniannya masih ketambahan bidang militerlah dalam areal kehidupan yang lebih tak terbatas.

Wah, kalau undang-undang itu disahkan parlemen, orang kayak John Major, yang drop out SMU tapi pernah jadi perdana menteri Inggris, gak bisa jadi presiden di sini. Gitu juga tokoh seperti Amadeo Peter Giannini yang pendiri Bank of America, nggak bisa, karena nggak selesai SMA. Rigoberta Menchu Tum, sebut saja Munir-nya Guatemala, yang pernah meraih Nobel Perdamaian 1992, juga nggak, karena drop out sekolah formal. Begitu juga orang kayak Abraham Lincoln dan Adam Malik.

Lho, tapi mereka kan punya visi dan intuisi ke depan. Biarkan pertimbangan-pertimbangan teknis per bidang itu dirangkumnya dari staf-staf ahlinya, yaitu para sarjana. Baru setelah itu ia ambil keputusan atas dasar sesuatu dalam dirinya yang tak ada sekolah maupun kuliahnya, yang tak sembarang orang dianugerahi itu, yang karena itu ia dipilih sebagai pemimpin. Contoh paling sederhana dan terbaik dalam hal ini adalah Nabi Muhammad SAW yang buta huruf namun memimpin.

(Dimuat di rubrik ‘Frankly Speaking’ AREA edisi No. 84, tanggal 4 April 2007)